Bisnis.com, MALUKU UTARA – PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) atau Harita Nickel telah sukses mengolah hasil limbah domestik dan limbah pengolahan tambangnya menjadi beragam barang yang memiliki nilai tambah baik terhadap kegiatan perusahaan maupun masyarakat.
Salah satu bentuk pengolahan limbah yang dilakukan oleh perusahaan adalah membuat pupuk kompos. Hal ini dilakukan NCKL pada Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Karo yang berada di kawasan penambangan perusahaan di Kawasi, Pulau Obi, Maluku Utara.
Assistant Head of Technical Support PT Megah Surya Pertiwi Charles Hasiholan menjelaskan, fasilitas TPST tersebut baru mulai beroperasi memproduksi pupuk kompos pada September 2023 lalu. Pupuk yang dikembangkan perusahaan terbuat dari sampah domestik yang dihasilkan oleh kegiatan penambangan.
Dia mengatakan, fasilitas TPST tersebut rata-rata menerima sebanyak 16 ton sampah domestik setiap harinya. Sampah yang masuk pada fasilitas ini kemudian dipilah menjadi non organik dan organik.
“Kami telah melakukan riset laboratorium, diuji kandungan tanaman yang menggunakan pupuk ini seperti apa,” katanya saat saat ditemui Tim Jelajah EV di Kawasi, Pulau Obi, Maluku Utara pada Senin (5/12/2023).
Sementara itu, sampah non organik kembali diolah dan dipilah untuk kemudian dibakar pada mesin insinerator. Charles menuturkan, sisa atau residu pembakaran pada sampah non organik yang disebut fly ash tersebut masih dapat diolah menjadi batako.
Baca Juga
PRODUKSI BATAKO
Charles mengatakan, perusahaan juga telah sukses memproduksi batako yang terbuat dari limbah-limbah hasil pertambangan.
Dia menjelaskan, batako yang diproduksi perusahaan terbuat dari campuran fly ash pada sisa pembakaran sampah atau abu batu bara yang berasal dari pembangkit listrik di kawasan pertambangan dan limbah dari pengolahan nikel saprolit berupa slag.
Charles mengatakan, pihaknya dapat memproduksi sekitar 10.000 piece (buah) batako per harinya dengan menggunakan 2 mesin pencetak batako yang ada.
Charles mengatakan, batako berbahan dasar limbah tambang tersebut juga telah melewati sejumlah pengujian seperti uji tekan dan terbukti layak digunakan. Batako ini pun telah digunakan untuk membangun sejumlah bangunan pendukung kegiatan pertambangan perusahaan.
Selain itu, batako tersebut juga telah digunakan pada bangunan rumah dan jalan di Desa Kawasi Baru yang berada di dekat kawasan pertambangan.
“Kemarin kami produksi 12 juta piece (buah) batako olahan ini untuk bangunan dan jalan di Desa Kawasi Baru,” ujarnya.
Selain batako, perusahaan juga telah mengolah limbah nikel slag dan fly ash ke dalam bentuk lain. Charles menjelaskan, hasil lain olahan limbah ini diantaranya adalah untuk perkerasan jalan, beton pracetak untuk gorong-gorong atau disebut box culvert.
Kemudian, MSP juga dapat membuat pemecah ombak (breakwater) dan kubus berongga yang digunakan untuk terumbu karang buatan di sekitar kawasan Pulau Obi.
“Bisa dikatakan kami zero waste dalam pengolahan ini,” kata Charles.