Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menteri Rosan Ingin Jumlah UMKM Berkurang, Mengapa?

Menteri Rosan ingin jumlah UMKM berkurang agar naik kelas menjadi usaha lebih besar, menghadapi tantangan digitalisasi, dan mendapat dukungan insentif fiskal.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan P. Roeslani dalam konferensi pers Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2025 di Jakarta, Selasa (5/8/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan P. Roeslani dalam konferensi pers Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2025 di Jakarta, Selasa (5/8/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan P Roeslani menginginkan jumlah UMKM di Tanah Air berkurang agar bisa naik kelas.

Dia menyebutkan terdapat sekitar 65 juta pelaku UMKM di Indonesia yang menyerap 97% atau setara dengan 117 juta tenaga kerja. Rosan ingin agar skala usaha mereka bertumbuh menjadi lebih besar lagi.

"Kalau angkanya makin berkurang, kami justru makin senang. Kenapa? UMKM naik kelas jadi pengusaha kecil, pengusaha kecil naik kelas jadi pengusaha menengah, pengusaha menengah naik kelas jadi pengusaha besar," kata Rosan dalam acara Forum Peningkatan Kompetensi UMKM di Jakarta, Kamis (21/8/2025).

Dengan demikian, dia memandang akan terdapat siklus ketika pengusaha besar harus kembali lagi untuk mendukung UMKM dan usaha kecil lainnya.

Rosan menyadari berbagai permasalahan pengembangan UMKM seperti akses permodalan, keterbatasan teknologi, hingga keterbatasan sumber daya manusia.

Lebih lagi, pada era saat ini, UMKM juga menghadapi tantangan digitalisasi. Menurutnya, hal ini menjadi pekerjaan rumah bersama yang patut diselesaikan.

Terkait hal ini, dia menyebut bahwa Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM telah merumuskan aturan baru yang turut mengakomodasi pelaku UMKM penyandang disabilitas.

Pihaknya juga menyiapkan insentif fiskal bagi perusahaan besar yang bekerja sama dan membangun kemitraan dengan UMKM di Tanah Air.

"Jadi terdapat win-win situation karena produk-produk UMKM itu kita lihat sangat baik. Banyak produk-produk UMKM kita terutama yang diekspor sangat niche, tapi kualitasnya juga sangat luar biasa," pungkas Rosan.

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkap program penjajakan bisnis (business matching) ekspor produk UMKM telah mengantongi transaksi sebesar US$90,04 juta atau sekitar Rp1,46 triliun (asumsi kurs Rp16.256 per dolar AS) pada Januari—Juli 2025.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Fajarini Puntodewi mengatakan transaksi ini terdiri dari pesanan pembelian (purchase order/PO) senilai US$55,09 juta dan potensi transaksi sebesar US$34,95 juta sepanjang tujuh bulan pertama 2025.

“Untuk Januari—Juli 2025, total transaksi business matching dalam program UMKM Bisa Ekspor telah menembus US$90,04 juta,” kata Puntodewi dalam keterangan tertulis, dikutip pada Rabu (13/8/2025).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro