Bisnis.com, MALUKU UTARA - Harita Nickel (NCKL) terus berupaya untuk meningkatkan produksi logam nikel dan juga menjamin kelangsungan pasokan bijih nikel dalam jangka panjang untuk pabrik pengolahan dan pemurnian yang sudah ada dan yang sedang dibangun. Perusahaan bersiap melakukan eksplorasi tambang pada izin usaha pertambangan (IUP) yang belum tergarap.
Kepala Teknik Tambang Harita Nickel Primus Priyanto menjelaskan, salah satu upaya dalam peningkatan produksi nikel adalah dengan membangun tambahan jalur produksi pabrik pengolahan Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang akan dioperasikan oleh entitas anak perusahaan NCKL, PT Karunia Permai Sentosa (KPS). Kemudian, perusahaan juga tengah membangun tambahan smelter High Pressure Acid Leach (HPAL) yang akan dioperasikan oleh PT Obi Nickel Cobalt (ONC), anak usaha lain dari NCKL.
“Dengan mulai beroperasinya KPS dan ONC nanti, maka akan dibutuhkan pasokan bijih nikel yang lebih banyak,” kata Primus saat ditemui Tim Jelajah EV di Kawasi, Pulau Obi, Maluku Utara pada Senin (5/12/2023).
Dia juga mengatakan berdasarkan hasil studi kelayakan terakhir, umur cadangan bijih nikel pada Izin Usaha Pertambangan (IUP) aktif yang dimiliki PT Trimegah Bangun Persada dan entitas anak perusahaannya, PT Gane Permai Sentosa (GPS) akan habis pada 2028 mendatang. Untuk menjamin kelangsungan pasokan bijih nikel yang dibutuhkan semua pabrik pengolahan pemurnian, diperlukan tambahan area penambangan selain dari IUP yang sedang aktif ditambang saat ini.
Primus memaparkan, salah satu area izin usaha pertambangan (IUP) baru di Pulau Obi yang sedang dipersiapkan untuk ditambang berada di Desa Fluk dan Gambaru. Dia menuturkan, IUP pada wilayah tersebut dimiliki oleh PT Gane Tambang Sentosa yang baru saja diakuisisi NCKL akhir November lalu.
Dia mengatakan, saat ini perusahaan tengah melakukan berbagai persiapan untuk penambangan di IUP GTS salah satunya membangun tempat tinggal bagi karyawan untuk kegiatan penambangan di Desa Fluk dan Gambaru. Primus menargetkan kegiatan penambangan di Desa Gambaru akan dimulai pada tahun depan (2024).
Baca Juga
Selain itu, perusahaan juga bersiap untuk masuk ke IUP yang dimiliki entitas anak lainnya, yaitu PT Jikodolong Megah Pertiwi (JMP). Dia menuturkan, pihaknya sedang menunggu rampungnya perizinan dari pemerintah untuk dapat mengeksekusi IUP yang dimiliki PT JMP.
“Saat ini cadangan bijih nikel kami ada 302 juta metrik ton, termasuk dari GTS. Kalau kami semakin memperbanyak eksplorasi di area IUP baru, tentu saja akan semakin meningkatkan tingkat keyakinan dari jumlah cadangan yang ada dan diharapkan juga akan menambah jumlah cadangan bijih nikel yang dimiliki,” kata Primus.
Ditemui secara terpisah, Direktur Operasional NCKL Younsel Evand Roos menambahkan proyeksi produksi bijih nikel perusahaan terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Saat ini, seluruh tambang NCKL telah memasok 18 juta metrik ton bijih nikel yang terdiri atas bijih nikel saprolit dan limonit kepada fasilitas pengolahan pemurnian yang sudah beroperasi.
Younsel memproyeksikan, total produksi bijih nikel perusahaan pada 2025 mendatang akan mencapai sekitar 32 juta metrik ton. Proyeksi ini seiring dengan target dimulainya operasional smelter yang dioperasikan oleh PT KPS dan PT. ONC.
“Nanti kalau semua pabrik sudah full capacity, kita sudah harus siap produksi atau supply sebanyak 38 juta ton bijih nikel per tahun mulai 2026, itu hanya dari tambang milik Harita saja.” ujar Younsel.