Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengungkapkan bahwa untuk periode April-Mei 2025, pemerintah telah merealokasi lima kargo LNG jatah ekspor untuk memenuhi kebutuhan konsumen utama dalam negeri, PT Perusahaan Gas Negara Tbk atau PGN dan PT PLN (Persero). Realokasi LNG itu berasal dari Kilang Tangguh, Bontang, dan Donggi Senoro.
PLN dan PGN pun harus rela membeli LNG realokasi tersebut dengan harga lebih mahal.
"Memang harganya agak tinggi ya 17,4% dari ICP. Mau tidak mau, soalnya kita mengalihkan dari ekspor ke dalam negeri," kata Djoko.
Lalu, untuk pemenuhan kebutuhan gas periode Juni 2025, pemerintah akan mengurangi alokasi ekspor gas dari Sumatra ke Singapura dan mengalihkannya ke pasar domestik. Sementara itu, emenuhan permintaan gas Singapura akan dioptimalkan dari pasokan gas Natuna.
"Sementara ini, kita masih upayakan pemenuhan LNG itu dari dalam negeri. Kita akan memaksimalkan [realokasi] ekspor gas pipa dari Natuna, yang dari Sumatra kita kurangi [ekspor] yang ke Singapura untuk kebutuhan dalam negeri," kata Djoko.
Djoko mengatakan, alokasi ekspor dari Sumatra yang akan dikurangi itu sekitar 30 million standard cubic feet per day (MMscfd). "Untuk sementara targetnya 30 MMscfd, tiga kargo lah," tuturnya.
Baca Juga
Djoko menekankan bahwa hingga saat ini, belum ada rencana impor LNG untuk memenuhi kebutuhan domestik, termasuk dari Amerika Serikat (AS) yang sempat dikemukakan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebagai negosiasi tarif impor baru AS.
"Triwulan II [kebutuhan LNG] insyaallah aman. Nanti kita lihat triwulan III, IV, apakah perlu impor atau tidak. Jadi per 3 bulan [evaluasi]," kata Djoko. (Mochammad Ryan Hidayatullah)