Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengungkapkan nilai investasi Proyek Lapangan Abadi Blok Masela mencapai US$20,94 miliar atau setara Rp342,05 triliun (asumsi kurs Rp16.334 per US$).
Baca Juga
Blok Masela pun bakal menjadi proyek LNG pertama di Indonesia yang menerapkan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture and storage (CCS) sejak awal.
Blok Masela dikelola oleh Inpex Corporation (Inpex) melalui anak usahanya, Inpex Masela, Ltd. Inpex mengelola Lapangan Gas Abadi Masela dengan hak partisipasi 65%, bersama mitra PT Pertamina Hulu Energi Masela (20%) dan Petronas Masela Sdn. Bhd. (15%).
Yuliot menuturkan, saat ini Inpex memulai pengerjaan desain detail atau front end engineering design (FEED) untuk proyek strategis nasional (PSN) tersebut. Proses ini pun ditargetkan rampung dalam 3 bulan ke depan atau Desember 2025.
"Jadi kami mengharapkan itu proyek-proyek yang sudah diinisiasi, yang merupakan PSN, ini bisa dilaksanakan. Untuk Proyek Abadi Masela ini total investasinya sekitar US$20,9 miliar," ucap Yuliot dalam acara The Abadi LNG Project FEED Commencement Inauguration di Jakarta, Kamis (28/8/2025).
Pengerjaan FEED meliputi peninjauan dan pendefinisian spesifikasi fasilitas yang akan memproduksi dan memproses hidrokarbon dari Lapangan Gas Abadi, serta kilang LNG darat (OLNG).
Adapun, pengerjaan FEED akan terdiri atas empat paket. Pertama, untuk OLNG. Kedua, produksi terapung, penyimpanan dan pembongkaran (FPSO). Ketiga, subsea umbilicals, risers and flowlines (SURF). Keempat, pipa ekspor gas (GEP).
Menurut Yuliot, Proyek Lapangan Abadi itu diperkirakan menyerap 12.611 tenaga kerja pada fase pengembangan, sedangkan pada fase operasi bakal melibatkan sekitar 850 tenaga kerja.
"Multiplier effect yang kita harapkan bisa benar-benar terwujud dan masyarakat di sekitar proyek merasakan langsung dampak positif keberadaan proyek ini," imbuhnya.
Lebih lanjut, Yuliot menyebut bahwa Proyek LNG Abadi mencakup pembangunan dua train OLNG dengan total kapasitas produksi sebesar 9,5 juta metrik ton per tahun (mtpa), penyaluran gas pipa sebesar 150 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) untuk kebutuhan domestik, dan produksi kondensat sekitar 35.000 barel per hari (bcpd).
Dia pun menekankan bahwa proyek tersebut harus rampung pada 2029 atau lebih cepat. Oleh karena itu, FEED harus selesai pada akhir 2025.
Dengan begitu, keputusan investasi akhir atau final investment decision (FID) dapat diteken pada awal 2026.
"Saya mengajak seluruh mitra untuk menjadikan acara ini sebagai momentum percepatan pelaksanaan proyek agar Lapangan Gas Abadi Masela ini dapat berproduksi pada tahun 2029 demi ketahanan energi dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan," tutur Yuliot.
Dalam kesempatan yang sama, CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda menuturkan, Proyek Lapangan Abadi akan berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia. Menurutnya, kontribusi itu tidak hanya dengan meningkatkan ketahanan energi, tetapi juga dengan mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja selama 30 tahun.
Apalagi, proyek ini akan menjadi proyek LNG pertama di Indonesia yang menerapkan teknologi CCS sejak awal.
"CCS akan membantu mendorong upaya dekarbonisasi Indonesia sambil tetap menyediakan energi bagi negara," kata Ueda.
Sejalan dengan pelaksanaan FEED, Inpex juga mempercepat kegiatan pemasaran dan pembiayaan untuk menuju FID. Ueda mengatakan, pihaknya juga menjalin kerja sama dengan lembaga keuangan dan bank internasional untuk mendapatkan pembiayaan yang kompetitif.
Pihaknya pun menegaskan kembali komitmen terhadap proyek ini demi keberhasilan pelaksanaan fase FEED.
"Dengan dukungan yang berkelanjutan, kami akan secara konsisten melaksanakan FEED, persiapan lokasi, serta mempercepat kesiapan pemasaran dan pembiayaan untuk bergerak menuju FID, dan seterusnya," tutur Ueda.