Akhirnya, pada 2016, Jokowi memutuskan pengembangan Blok Masela dilakukan di darat dengan harapan dapat memberi manfaat lebih besar bagi masyarakat. Inpex pun harus menyampaikan kembali PoD baru. Konsekuensinya, konstruksi proyek Abadi yang semula diprediksi bisa dimulai pada 2018 akhirnya harus molor.
Tak hanya itu, pengembangan Blok Masela juga sempat tersendat saat partner Inpex, Shell Upstream Overseas Ltd memutuskan mundur pada 2019. Shell menilai bahwa investasi di negara lain lebih menguntungkan sehingga prioritas pada proyek Lapangan Abadi Blok Masela ditinggalkan. Imbasnya, Inpex harus mencari mitra baru untuk menggarap blok tersebut. Proses divestasi Shell juga berlarut-larut hingga 4 tahun lamanya.
Kini, proyek Blok Masela telah memasuki babak baru usai pengalihan 35% hak partisipasi (participating interest/PI) Shell kepada konsorsium Pertamina dan Petronas efektif pada Oktober 2023. Pemegang PI Blok Masela saat ini adalah Inpex Masela Ltd (65%) sekaligus sebagai operator, PT Pertamina Hulu Energi Masela (20%), dan Petronas Masela Sdn. Bhd (15%).
Menyusul perubahan pemegang PI tersebut, Revisi 2 Rencana Pengembangan Lapangan yang Pertama (PoD I) Lapangan Abadi Blok Masela disetujui pada 28 November 2023.
Berdasarkan catatan Bisnis, target operasi Blok Masela menurut rencana pengembangan terbaru dipatok pada 2030, mundur dari target semula yang diproyeksikan pada 2027.
Inpex menargetkan desain dan rekayasa atau front-end engineering and design (FEED) proyek LNG Abadi Blok Masela rampung pada 2025. Lalu, keputusan investasi akhir atau final investment decision (FID) proyek ladang gas Abadi itu bakal ditetapkan pada 2026.