Bisnis.com, JAKARTA — Para penyedia kapal angkutan barang tengah mengurangi frekuensi angkut agar tak merugi di tengah kelangkaan peti kemas.
Direktur Utama PT Samudera Indonesia Tbk. Bani Maulana Mulia mengatakan bahwa tersendatnya arus perdagangan dunia akibat pandemi Covid-19 memicu penumpukan kontainer kosong di sejumlah pelabuhan hub global, seperti di Singapura dan Amerika Serikat.
“Kalau dipaksa membawa banyak malah akan macet di pelabuhan. Jadi, pelayaran mulai menyesuaikan kapasitas angkut kapal masing-masing,” ujarnya, Selasa (8/12/2020).
Menurut Bani, pelonggaran pembatasan sosial berskala besar membuat permintaan pasar pengiriman barang mulai meningkat, termasuk untuk kebutuhan ekspor dan impor. Namun, hal itu belum diimbangi dengan kecepatan servis pelabuhan sejumlah negara hub global.
Singapura, dia mencontohkan, belum mengizinkan masuknya tenaga kerja asing hingga kini, padahal sebagian besar tenaga operasional pelabuhan di sana berasal dari Malaysia.
“Kinerja melamban dan kapal mengantre. Kalau kontainer kami hanya akan membawa TEUs [twenty feet equivalent units] kecil, tidak akan dipaksakan jadi suplai dikurangi.”
Baca Juga
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Ilham Masita sebelumnya mengatakan bahwa muatan bolak balik perusahaan pelayaran harus seimbang agar biaya operasionalnya efisien. Namun, aktivitas ekspor dan impor yang belum sepenuhnya normal membuat entitas pelayaran masih mengurangi jumlah muatan yang dibawa.