Bisnis.com, JAKARTA--Sepanjang kuartal I/2019, iklim investasi dan aktivitas pertambangan masih cederung stagnan dengan potensi kenaikan yang diperkirakan masih terbatas.
Ketua Indonesian Mining Institute (IMI) Irwandy Arif mengatakan sejauh ini belum ada perubahan yang signifikan di lapangan. Menurutnya, sedikit kenaikan aktivitas pertambangan yang terjadi saat ini masih belum bisa dikatakan luar biasa.
"Pada 2018 ada penurunan dibandingkan dengan 2019. Wajar saja bila kali ini ada kenaikan, namun belum signifikan," katanya kepada Bisnis, Kamis (4/4/2019).
Senada dengan Irwandy, Ketua Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo menilai dari sisi harga, sebenarnya kondisi pertambangan saat ini tidak bisa dikatakan sedang berada pada posisi yang sangat bagus. Khusus untuk batu bara, tekanan justru terjadi sejak kuartal IV tahun lalu.
Menurut Singgih, aktivitas pertambangan akan tetap menggeliat selama margin tetap ada. "Akan tetap menggeliat dalam konteks bisa dijalankan dan tetap rasional," ujarnya kepada Bisnis.
Seperti diketahui, sejak September 2018, harga batu bara acuan (HBA) terus terkikis dan belum pernah mencetak kenaikan bulanan hingga kini berada di level US$88,85 per ton. Terakhir kali HBA mencetak kenaikan bulanan pada Agustus 2018 ketika bertengger di level US$107,83 per ton.
Baca Juga
Tren penurunan yang panjang tersebut membuat rata-rata HBA dalam empat bulan pertama tahun ini 'hanya' senilai US$90,91 per ton, jauh dari rata-rata HBA sepanjang tahun lalu yang mencapai US$98,96 per ton.