Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi China di RI Tembus Rp578 Triliun, Tumbuh 31% dalam 6 Tahun

Investasi China di Indonesia mencapai Rp578 triliun, tumbuh 31% dalam 6 tahun terakhir.
Pekerja melakukan proses pencetakan feronikel di salah satu pabrik tambang milik Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pekerja melakukan proses pencetakan feronikel di salah satu pabrik tambang milik Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi China di Indonesia telah tumbuh 31% dalam 6 tahun terakhir. 

Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala BKPM Todotua Pasaribu mengatakan, China merupakan salah satu investor terbesar dengan total nilai investasi US$35,3 miliar atau setara Rp578,8 triliun sejak 2020 hingga semester I/2025. 

“Sebagian besar investasi tersebut masuk ke industri pengolahan logam US$15,55 miliar [setara Rp254 triliun (Rp16.396)],” kata Todotua disela-sela agenda OCBC One Connect 2025, Rabu (27/8/2025). 

Secara terperinci, proporsi investasi di industri pengolahan logam dasar sebesar 44%, kemudian transportasi, gudang dan telekomunikasi 18% dengan nilai US$6,39 miliar. Lalu, di industri kimia, farmasi 10% senilai US$3,41 miliar. 

Dia menerangkan bahwa di sektor manufaktur, perusahaan China unggul dalam pengolahan nikel di Morowali Industrial Park, pembangunan industri kendaraan listrik (EV) serta fasilitas produksi EV oleh Yadea dan BYD.

“Sejak 2013, China menjadi investor utama di sektor mineral, memanfaatkan kekayaan sumber daya Indonesia seperti nikel, timah, dan bauksit. Saat ini, lebih dari 48% dari sekitar 50 proyek mineral nasional melibatkan investor China,” ujarnya. 

Todotua juga menyebutkan sebagian besar investasi China ini tersebar di luar Pulau Jawa. Meski demikian, Jawa tetap menjadi salah satu tujuan utama karena merupakan wilayah dengan populasi terbesar, yakni sekitar 60–67% penduduk Indonesia. 

“Investasi juga diarahkan ke Jawa Barat, Maluku Utara, Jakarta, hingga Sumatra Selatan, untuk menciptakan penyebaran investasi yang lebih merata di seluruh wilayah,” jelasnya. 

Dalam hal ini, pemerintah Indonesia menyadari bahwa China memiliki teknologi, pengalaman, dan kapasitas finansial yang dibutuhkan untuk mempercepat investasi di sektor strategis, utamanya yang mendukung hilirisasi di Indonesia. 

“Pemerintah pun berkomitmen memperkuat ekosistem investasi melalui regulasi yang lebih baik, pelayanan yang lebih cepat, dan kerja sama internasional yang erat,” imbuhnya. 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk. (OCBC) Martin Widjaja mengatakan, pihaknya menggelar OCBC One Connect 2025 untuk menjembatani kebutuhan investasi dan kapabilitas lokal. 

“Di sini OCBC mengambil peran sebagai katalisator sinergi lintas batas, memfasilitasi investor dan mitra lokal dalam membangun relasi yang berkelanjutan,” terangnya. 

Dia juga menekankan pentingnya membangun ekosistem lintas negara yang menyeluruh karena pertumbuhan manufaktur tidak bisa hanya ditopang oleh modal saja. 

“Diperlukan ekosistem yang saling terhubung, mulai dari infrastruktur, regulasi, hingga pembiayaan. Melalui kegiatan ini, OCBC hadir bukan sekadar sebagai penyedia solusi perbankan, tetapi sebagai penghubung antarnegara,” jelasnya. 

Selaras dengan visi tersebut, pemerintah Indonesia dan China baru saja menandatangani dua nota kesepahaman (MoU) strategis pada Mei 2025 yang memperkuat kerja sama industri dan transaksi lintas negara. 

Kedua negara sepakat mendorong pengembangan twin industrial parks serta penggunaan mata uang lokal (LCS) dalam perdagangan bilateral. 

Inisiatif ini membuka peluang baru bagi dunia usaha untuk beroperasi dengan efisiensi yang lebih tinggi dan eksposur risiko mata uang yang lebih rendah. 

Dalam hal ini, OCBC juga menawarkan solusi corporate banking seperti pembiayaan proyek industri, pengelolaan kas lintas negara, dan trade finance, siap menjadi mitra utama bagi perusahaan yang ingin memanfaatkan momentum ini. 

Terlebih, OCBC juga memiliki Layanan China Business dan turut serta dalam implementasi penyelesaian transaksi bilateral dengan mata uang lokal (local currency settlement/LCS) antara Indonesia dan China dengan menjadi salah satu bank appointed cross currency dealer (ACCD).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro