Bisnis.com, JAKARTA – Danantara Indonesia akan menerbitkan surat utang atau obligasi bertajuk Patriot Bond membidik Rp50 triliun atau sekitar US$3,1 miliar.
Berdasarkan dokumen yang dikutip Bloomberg, Danantara berencana menerbitkan obligasi tersebut dalam dua tenor, yaitu 5 tahun dan 7 tahun dengan nilai masing-masing Rp25 triliun. Dua seri obligasi tersebut akan diterbitkan dengan kupon sebesar 2%.
Chief Investment Officer Danantara Pandu Sjahrir menjelaskan Danantara Indonesia berkomitmen menjalankan mandat sebagai pengelola investasi negara dengan penuh kehati-hatian, transparansi, dan tata kelola yang baik.
Menurutnya, setiap inisiatif pembiayaan diarahkan untuk mendukung transformasi ekonomi jangka panjang serta memperkuat peran dunia usaha dalam pembangunan.
“Patriot Bond merupakan instrumen pembiayaan strategis yang lazim digunakan di berbagai negara, seperti Jepang dan Amerika Serikat, untuk memperkuat kemandirian pembiayaan nasional,” kata Pandu dalam keterangan resmi, Selasa (26/8/2025).
Patriot Bond merupakan instrumen pembiayaan strategis yang lazim digunakan di berbagai negara, seperti Jepang dan Amerika Serikat, untuk memperkuat kemandirian pembiayaan nasional.
Baca Juga
Melalui obligasi ini, lanjutnya, negara memperoleh sumber pendanaan jangka menengah-panjang yang stabil, sementara pelaku usaha memiliki akses pada instrumen investasi yang aman dan bermanfaat bagi perekonomian nasional.
Pandu menjelaskan prinsip dasar Patriot Bond adalah partisipasi sukarela dan tanggung jawab bersama. Skema ini membuka ruang bagi kelompok usaha nasional untuk berkontribusi pada agenda pembangunan lintas generasi, sekaligus memastikan keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat.
Kupon Jauh Berbeda
Sementara itu, pengamat menilai penerbitan Patriot Bond oleh Danantara dinilai sulit menarik minat pelaku usaha jika hanya mengandalkan imbal hasil rendah tanpa dukungan insentif maupun intervensi pemerintah.
Kupon Patriot Bond yang sebesar 2% tersebut lebih rendah dari BI Rate yang saat ini bertengger di level 5% dan yield SBN tenor yang sama di posisi 5,8% dan 6,1%.
Sebagai perbandingan lain, obligasi negara dalam seri SR SR023 ditawarkan dengan kupon 5,8% untuk tenor 3 tahun dan 5,95% untuk tenor 5 tahun. Sementara itu, BI menetapkan suku bunga Deposit Facility sebesar 4,25% per Agustus 2025.
Toto Pranoto, Associate Director BUMN Research Group Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), menilai struktur kupon yang lebih rendah dari imbal hasil pasar membuat obligasi ini kurang atraktif jika dikemas seperti surat utang biasa. Untuk itu, diperlukan insentif agar pengusaha berminat.
“Patriot Bond dengan return 2% tidak mungkin bisa sukses kalau dikemas seperti obligasi biasa. Harus ada dorongan pemerintah supaya pengusaha nasional mau membeli obligasi tersebut,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (26/8/2025).
Menurutnya, pemerintah dapat mempertimbangkan pemberian insentif agar Patriot Bond lebih menarik. Bentuk insentif bisa berupa penghapusan atau penurunan pajak atas kupon obligasi ataupun fasilitas fiskal tambahan bagi pengusaha.
“Kombinasi berbagai insentif bisa disertakan terkait penjualan Patriot Bond ini, semisal, penurunan atau penghapusan pajak untuk kupon obligasi, insentif fiskal lebih tinggi untuk investor yang akan memegang obligasi dalam jangka panjang,” ucapnya.
Sementara itu, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menilai Patriot Bond akan menjadi strategic bond yang dijalankan dengan mengajak konglomerasi dan pemilik usaha terlibat dalam pembangunan. Dana kemudian akan digunakan ke dalam pembangunan industri waste to energy.
Terkait daya tarik investor menurutnya memang kupon yang ditawarkan kecil, tetapi dia memperkirakan akan ada daya tawar lain dari Danantara atas penerbitan surat utang tersebut.
"Ini [Patriot Bond] adalah semacam strategic bond, di balik itu akan ada kompensasi yang bisa bersifat kemudahan bisnis atau project bagi mereka yang terlibat. Akan tetapi [Patriot Bond] hanya memberikan return yang sedikit," ujar Ramdhan, Selasa (26/8/2025).
Adapun, dia menilai Patriot Bond yang dijalankan melalui skema private placement tidak bersifat tradable atau tidak bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Kemudian, tidak terbuka untuk investor ritel.
Dengan sifat yang tidak tradable, menurutnya hampir pasti penerbitan Patriot Bond tidak akan berdampak pada harga pasar surat utang negara.