UI Sebut Aktivitas Seismik Picu Kebocoran Pipa Minyak di Towuti

Kebocoran pipa minyak PT Vale di Danau Towuti diduga dipicu aktivitas seismik. Tim UI meneliti dampak lingkungan dan menerapkan manajemen risiko pipa.
Tim Disaster Risk Reduction Center (DRRC) Universitas Indonesia bersama perwakilan PT Vale Indonesia Tbk meninjau langsung titik kebocoran pipa di kawasan Danau Towuti, Luwu Timur, untuk menganalisis penyebab insiden serta dampak lingkungannya / DRRC UI
Tim Disaster Risk Reduction Center (DRRC) Universitas Indonesia bersama perwakilan PT Vale Indonesia Tbk meninjau langsung titik kebocoran pipa di kawasan Danau Towuti, Luwu Timur, untuk menganalisis penyebab insiden serta dampak lingkungannya / DRRC UI
Ringkasan Berita
  • Tim pakar dari Universitas Indonesia menduga kebocoran pipa minyak di Danau Towuti disebabkan oleh tekanan eksternal akibat aktivitas seismik dan pergerakan tanah.
  • Investigasi juga fokus pada dampak lingkungan dari tumpahan minyak, dengan menerapkan metode pipeline risk management untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
  • Kolaborasi lintas sektor, termasuk masyarakat dan pemerintah, dilakukan untuk penanganan kebocoran dan pemulihan lingkungan, serta memastikan keberlanjutan ekosistem Danau Towuti.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, TOWUTI - Kebocoran pipa minyak milik PT Vale Indonesia Tbk di kawasan Danau Towuti, Luwu Timur, kini mulai menemukan titik terang. Tim pakar kebencanaan dari Universitas Indonesia (UI) melalui Disaster Risk Reduction Center (DRRC) mengungkap hasil kajian awal bahwa kerusakan pipa diduga kuat dipicu oleh faktor alam.

Investigasi lapangan yang dilakukan sejak akhir pekan lalu mendapati adanya tekanan eksternal (external stress) berupa lengkungan (bending) pada titik pipa yang bocor. Tekanan tersebut, menurut hipotesis awal, muncul akibat pergerakan tanah, pergeseran lempeng bumi, atau bahkan aktivitas seismik yang menekan struktur pipa di bawah tanah.

“Temuan ini masih bersifat hipotesis awal dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Namun indikasi adanya tekanan eksternal yang bersumber dari faktor geologi menjadi salah satu dugaan kuat penyebab kebocoran,” jelas Kepala Disaster Risk Reduction Center (DRRC) Universitas Indonesia (UI), Prof Fatma Lestari dalam keterangan tertulis, Rabu (27/8/2025).

Selain menelusuri penyebab teknis, tim UI juga fokus pada dampak lingkungan yang ditimbulkan dari tumpahan minyak tersebut. Analisis mencakup aspek kesehatan, keselamatan kerja, hingga risiko pencemaran yang dapat memengaruhi ekosistem air dan daratan di sekitar Danau Towuti.

“Pencegahan menjadi bagian penting dari kerja kami. Metode pipeline risk management diterapkan untuk menilai potensi bahaya dan memastikan keselamatan pengoperasian pipa ke depan,” tambah Prof Fatma Lestari.

Metode itu menekankan pengawasan menyeluruh pada jalur pipa, mulai dari kondisi teknis material, tekanan aliran bahan bakar, hingga kerentanan eksternal akibat faktor alam. Dengan begitu, peristiwa serupa diharapkan dapat diantisipasi lebih dini.

Sejalan dengan upaya teknis, penanggulangan kebocoran melibatkan pendekatan berbasis komunitas. PT Vale Indonesia bersama DRRC UI membentuk Tim Terpadu yang beranggotakan masyarakat, pemerintah kabupaten, organisasi perangkat daerah (OPD), pemerintah kecamatan dan desa, serta aparat kepolisian dan TNI.

Tim Terpadu ini berperan mengawasi lokasi kejadian, menerima laporan masyarakat, serta melakukan langkah penanganan dan pemulihan lingkungan. Pusat Pengaduan dan Informasi juga dibuka untuk menampung aspirasi warga sekaligus mempercepat jalur koordinasi di lapangan.

UI Sebut Aktivitas Seismik Picu Kebocoran Pipa Minyak di Towuti

“Kolaborasi ini penting agar masyarakat tidak merasa ditinggalkan. Penanganan kebocoran minyak bukan semata urusan teknis, tetapi juga menyangkut rasa aman, kesehatan, dan keberlanjutan sumber daya yang mereka andalkan sehari-hari,” ujar Prof Fatma Lestari.

Danau Towuti, yang menjadi salah satu danau purba terbesar di Indonesia, memiliki ekosistem unik dan menjadi sumber penghidupan bagi ribuan warga di sekitarnya. Keberadaan spesies endemik, potensi perikanan air tawar, hingga perannya sebagai penyangga iklim mikro membuat kawasan ini sangat sensitif terhadap pencemaran minyak.

Kekhawatiran akan dampak ekologis itulah yang mendorong DRRC UI menekankan pentingnya pemulihan jangka panjang. “Kami tidak hanya bicara soal menutup kebocoran, tapi juga bagaimana memastikan kualitas air, tanah, dan ekosistem tetap terjaga,” tegasnya.

Meski indikasi awal mengarah pada faktor alam, investigasi penyebab kebocoran masih terus berjalan. Tim gabungan tengah mengumpulkan data lapangan lebih detail, termasuk pola tekanan tanah, rekam jejak aktivitas seismik, serta evaluasi kondisi teknis pipa yang digunakan.

“Semua faktor akan dikaji, termasuk kemungkinan kombinasi antara faktor alam dan teknis. Kami ingin memastikan akar masalah teridentifikasi sehingga menjadi bahan pembelajaran untuk perbaikan sistem di masa depan,” ujar Prof Fatma Lestari.

Dia menekankan bahwa peristiwa ini menjadi pelajaran penting bagi industri ekstraktif. Kolaborasi lintas sektor – akademisi, perusahaan, pemerintah, dan masyarakat – dinilai sebagai kunci untuk memperkuat sistem tanggap darurat (Emergency Response & Crisis Management) dan keberlanjutan bisnis (Business Continuity Management System).

“Harapannya, kejadian ini menjadi momentum untuk membangun sistem mitigasi risiko yang lebih tangguh, menjaga keselamatan masyarakat, serta melindungi kualitas lingkungan di kawasan Danau Towuti."


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto