Bisnis.com, JAKARTA--Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menyatakan optimistis permintaan batu bara masih akan tinggi dalam beberapa tahun ke depan sambil menyiapkan strategi pengembangan komoditas tersebut untuk jangka panjang.
Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan tren pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) masih berjalan di beberapa negara, khususnya Asean. Bahkan, pasokan batu bara untuk sebagian PLTU tersebut seluruhnya berasal dari Indonesia.
Hendra menuturkan memang ada tren penurunan permintaan batu bara dari China sebagai konsumen utama dan beberapa negara lainnya. Namun, hal tersebut tidak telalu berpengaruh terhadap eksportir dari Indonesia.
"China tentu saja masih prospektif walaupun ada penurunan karena jenis batu bara yang mereka butuhkan pas dengan yang kita punya. India juga masih butuh batu bara dari Indonesia," tuturnya, Senin (1/4/2019).
Meskipun begitu, dia mengakui industri batu bara tidak bisa hanya menjadi industri ekstraktif saja. Namun, perlu disiapkan peta jalan untuk pengembangan industri nilai tambahnya.
"Nanti ke depannya untuk menyiasati permintaan yang fluktuatif dan energi terbarukan yang semakin kompetitif, industri batu bara akan bergeser ke nilai tambah. Mungkin bisa disebut coal 2.0," ujarnya.
Baca Juga
Dia mengatakan sudah ada beberapa anggotanya yang mulai melirik industri peningkatan nilai tambah batu bara tersebut. Dia pun mendorong pihak regulator menyiapkan seluruh aturan yang diperlukan beserta insentif bagi para pengusaha.
"Kalau ada insentif fiskal pasti produsen mau pada turun. Saya dengan beberapa perusahaan sudah menyiapkan," katanya.