Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPS: Tren Inflasi pada Bulan Ramadan 2024 Relatif Lebih Tinggi

Berikut penjelasan BPS soal tren inflasi pada Maret 2024 atau saat Ramadan relatif lebih tinggi.
Pedagang memilah cabai merah dan cabai rawit di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (5/2/2024). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pedagang memilah cabai merah dan cabai rawit di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (5/2/2024). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan bahwa inflasi atau Indeks Harga Konsumen pada Maret 2024 yang bertepatan dengan bulan Ramadan tercatat mengalami peningkatan. 

Dia mengatakan inflasi pada bulan Ramadan tahun ini relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode-periode bulan Ramadan sebelumnya, kecuali pada 2022.

“Adapun jika dibandingkan dengan periode sebelumnya kecuali pada 2022, inflasi pada bulan Ramadan ini relatif lebih tinggi, yaitu sebesar 0,52%,” katanya dalam konferensi pers, Senin (1/4/2024).

Sementara itu, Amalia mengatakan bahwa inflasi pada bulan Ramadan 2022 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan Ramadan tahun ini.

Dia menjelaskan, komoditas penyebab utama inflasi pada Maret 2024 didominasi oleh komoditas pangan bergejolak, diantaranya telur ayam ras, daging ayam ras, beras, cabai rawit, dan bawang putih.

Lebih lanjut, Amalia juga menyampaikan bahwa kelompok yang biasanya paling dominan memberikan sumbangan andil inflasi adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta transportasi, pada momen Ramadan dan Lebaran 2022 dan 2023.

Namun demikian, berbeda dengan kondisi historis, kelompok pengeluaran yang juga memberikan andil inflasi yang besar selain makanan, minuman, dan tembakau pada bulan Ramadan tahun ini adalah perawatan pribadi dan lainnya. Kelompok perawatan pribadi dan lainnya ini memberikan andil sebesar 0,04% terhadap inflasi.

Di sisi lain, kelompok transportasi memberikan andil yang lebih rendah, yaitu sebesar 0,01%, yang disebabkan oleh deflasi pada tarif angkutan udara sebesar -0,97%. 

“Jika dirinci, terdapat 20 provinsi yang mengalami deflasi tarif angkutan udara dan 17 provinsi mengalami inflasi tarif angkutan udara, sedangkan 1 provinsi lainnya stabil,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper