Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Maret 2024 meningkat menjadi sebesar 3,05% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari bulan sebelumnya.
Inflasi tahunan Maret 2024 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Februari 2024, inflasi tercatat sebesar 2,75% yoy.
Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi terutama dipicu oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi sebesar 7,43% dan memberikan andil besar 2,09% terhadap total inflasi.
"Komoditas yang memberikan andil inflasi kelompok ini antara lain beras, daging ayam ras, cabai merah, telur ayam ras, dan gula pasir,” katanya dalam konferensi pers, Senin (1/4/2024).
Dia menjelaskan, di samping itu, komoditas lain yang juga menyumbang inflasi secara signifikan antara lain emas perhiasan dan nasi dengan lauk.
Berdasarkan sebaran inflasi secara wilayah, secara tahunan seluruh provinsi mengalami inflasi, dengan laju tertinggi terjadi di Papua Barat sebesar 4,78%.
Baca Juga
”Sedangkan inflasi terendah terjadi di Papua Barat Daya dengan inflasi sebesar 1,42%,” ungkap Amalia.
Secara bulanan, inflasi pada Maret 2024 mencapai 0,52% (month-to-month/mtm). Adapun secara tahun kalender, inflasi mencapai 0,93%.
Sebelumnya, konsensus ekonom yang dihimpun Bloomberg memperkirakan inflasi pada Maret 2024 ini di angka 2,91% (yoy), dan 0,4% (mtm). Di mana sembilan dari 25 ekonom berpendapat inflasi akan menembus 3%.
Proyeksi ini lebih tinggi dari realisasi inflasi di Indonesia pada Februari 2024 yang berada di level 2,75% (yoy) dan 0,37% secara bulanan atau month-to-month (mtm).
Kepala Ekonom PT Bank Permata Josua Pardede menyampaikan tingkat inflasi tahunan sangat mungkin menembus angka 3,11% (yoy). Begitu pula dengan inflasi bulanan yang dirinya perkirakan meningkat dari 0,37% pada Februari menjadi 0,58% pada Maret.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh inflasi harga bergejolak yang terkait dengan harga pangan, yang diproyeksikan naik dari 8,47% yoy menjadi 8,50% yoy.
Terlebih keterbatasan pasokan makanan di tengah fenomena El Nino, sementara kebutuhan masyarakat tengah meningkat selama Ramadan.
“Waktu puncak musim panen yang bergeser ke akhir Maret dan awal April 2024, bersamaan dengan lonjakan musiman dalam permintaan selama bulan Ramadan,” ungkap, Minggu (31/3/2024).