Bisnis.com, JAKARTA — Operator Blok Masela, Inpex Masela Ltd tengah bernegosiasi dengan pemerintah Indonesia ihwal kebutuhan amendemen ulang production sharing contract atau PSC proyek LNG Abadi Blok Masela, Kepulauan Tanimbar, Maluku.
Amendemen kontrak diharapkan dapat membuat keekonomian proyek strategis nasional (PSN) senilai US$19,8 miliar itu lebih menarik di tengah komitmen Inpex untuk memasukkan fasilitas penangkapan karbon atau carbon capture and storage (CCS) dalam revisi rencana pengembangan yang telah dikirim pada April 2023.
Inpex menargetkan biaya pengembangan bisa ditekan optimal dengan tingkat pengembalian investasi atau internal rate of return (IRR) berada di rentang 10%.
“Kita tidak hanya mengharapkan IRR akan berada di rentang 10%, tapi kami telah memulai negosiasi dengan pemerintah, apa negosiasinya kita tidak dapat memberi tahu sekarang isinya,” kata Managing Executive Officer Senior Vice President Asia Projects Inpex Akihiro Watanabe saat Inpex Investor Day 2023 dikutip Rabu (29/11/2023).
Akhiro menuturkan, pemerintah Indonesia memiliki pemahaman yang sama ihwal negosiasi yang saat ini berlangsung dengan Inpex terkait dengan upaya untuk menekan biaya produksi dari gas Abadi Masela.
Salah satu yang menjadi perhatian Inpex saat ini berkaitan dengan upaya menekan ongkos pemasangan dan operasi CCS yang tertuang dalam revisi rencana pengembangan (plan of development/PoD) teranyar. Sampai saat ini, pemerintah belum kunjung menyetujui revisi rencana pengembangan lapangan tersebut.
Baca Juga
Akihiro menuturkan, pihaknya mengajukan ongkos pemasangan dan operasi CCS bisa dibebankan ke dalam kontrak bagi hasil atau PSC yang saat ini didorong untuk diamendemen. Rencananya, biaya operasi CCS langsung dibayarkan lewat penjualan gas dan kondesat dari proyek lapangan mendatang.
“Untuk mengamankan rencana ini, PSC itu perlu diamendemen itu yang saat ini sedang kami pikirkan, sekali itu terwujud kami berencana untuk mulai menjalankan proyek akhir tahun ini atau tahun depan,” kata dia.
Adapun, saat ini, Inpex mendapat perpanjangan kontrak hingga 2055 dalam PSC terakhir. Dalam PSC tersebut, Inpex mendapat skema kontrak penggantian biaya operasi atau cost recovery.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengejar evaluasi revisi rencana pengembangan atau PoD proyek LNG Abadi Blok Masela yang sudah disampaikan Inpex Masela Ltd.
Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Integrasi, Koordinasi dan Interface Minyak dan Gas Bumi Nanang Untung mengatakan, pemerintah berkepentingan untuk mengejar persetujuan PoD lapangan migas abadi di tengah tren penyusutan lifting migas beberapa tahun terakhir.
“Masela sedang diproses dan kita tahu bahwa itu PSN sehingga Pak Menteri ESDM [Arifin Tasrif] memberikan perhatian khusus untuk memastikan ini bisa ada percepatan,” kata Nanang saat ditemui di Jakarta, Kamis (23/11/2023).
Nanang menambahkan, pemerintah meminta Inpex bersama dengan konsorsium yang baru untuk mengejar produksi perdana Blok Masela pada 2029. Target itu lebih cepat 3 tahun dari rencana produksi yang disampaikan Inpex bersama dengan mitra awalnya, Shell.
“Proses PoD itu bagian dari proses menuju percepatan jadi segera diselesaikan di kementerian,” kata dia.
Blok Masela merupakan salah satu prospek ladang migas terbesar di Indonesia. Produksinya diperkirakan dapat mencapai 1.600 juta kaki kubik per hari (MMscfd) gas atau setara 9,5 juta mtpa dan gas pipa 150 MMscfd, serta 35.000 barel kondensat per hari (bcpd).
Proyek yang semula diperkirakan menelan biaya investasi hingga US$19,8 miliar itu menjadi aset pengelolaan gas terbesar kedua dari Inpex, setelah Ichthys LNG Project di Australia.
Proyek Blok Abadi Masela itu bakal menutupi lebih dari 10% kebutuhan impor LNG tahunan Jepang nantinya. Di sisi lain, proyek itu juga diharapkan dapat menjaga ketahanan pasokan energi di Indonesia, Jepang, dan beberapa negara Asia lainnya.