Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ESDM Kebut Evaluasi Revisi Rencana Pengembangan Blok Masela

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berupaya mempercepat evaluasi revisi pengembangan Blok Masela.
Pengeboran minyak lepas pantai. Bloomberg
Pengeboran minyak lepas pantai. Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengejar evaluasi revisi rencana pengembangan atau plan of development (PoD) proyek LNG Abadi Blok Masela yang sudah disampaikan Inpex Masela Ltd dan konsorsium PT Pertama Hulu Energi Masela awal bulan ini. 

Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Integrasi, Koordinasi dan Interface Minyak dan Gas Bumi Nanang Untung mengatakan, pemerintah berkepentingan untuk mengejar persetujuan PoD lapangan migas abadi di tengah tren penyusutan lifting migas beberapa tahun terakhir. 

“Masela sedang diproses dan kita tahu bahwa itu PSN sehingga Pak Menteri ESDM [Arifin Tasrif] memberikan perhatian khusus untuk memastikan ini bisa ada percepatan,” kata Nanang saat ditemui di Jakarta, Kamis (23/11/2023). 

Nanang menambahkan pemerintah meminta Inpex bersama dengan konsorsium yang baru untuk mengejar produksi perdana Blok Masela pada 2029. Target itu lebih cepat 3 tahun dari rencana produksi yang disampaikan Inpex bersama dengan mitra awalnya, Shell. 

“Proses PoD itu bagian dari proses menuju percepatan jadi segera diselesaikan di kementerian,” kata dia. 

Deputi Eksplorasi, Pengembangan dan Manajemen Wilayah SKK Migas Benny Lubiantara mengatakan, beberapa poin krusial yang tengah dikaji otoritas hulu migas, di antaranya komitmen operasi komersial pada 2029, serta rencana pemasangan fasilitas tangkap gas buang atau carbon capture and storage (CCS). 

Pada proposal pengembangan yang baru, Benny menuturkan, tambahan investasi untuk CCS itu berada di sekitaran US$1 miliar atau setara dengan Rp15,52 triliun (asumsi kurs Rp15.520 per dolar AS). Sementara itu, untuk investasi lainnya pada kegiatan hulu migas sendiri tidak banyak bergeser.  

“Sekarang sedang kita evaluasi bersama dengan Dirjen Migas,” kata Benny saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (6/11/2023). 

Adapun, proyek pengembangan Blok Masela bakal menggunakan sistem kombinasi darat dan laut untuk memastikan nilai investasi dari rencana pengembangan lapangan yang ada sebelumnya tidak jauh bergeser.  

Lewat sistem kombinasi itu, pengeboran dasar laut bakal dilakukan di kedalaman 600 meter, serta kedalaman sumur 4.000 meter, gas yang didapat akan diolah dalam bangunan apung bernama floating production, storage and offloading (FPSO) untuk dimurnikan dari kandungan zat lain.   

Setelah dimurnikan di FPSO, gas bakal disalurkan menuju kilang gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) yang ada di darat melalui pipa bernama Gass Export Pipeline (GEP) yang berjarak 175 kilometer serta melalui palung-palung laut.  

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menuturkan, kemungkinan untuk mengajak mitra anyar pada proyek ladang gas Abadi itu didorong karena tingkat kesulitan, serta kerumitan teknis pengangkutan gas dari lapangan lepas pantai, Kepulauan Tanimbar, Maluku tersebut.  

“Tentu tidak menutup kemungkinan adanya pihak lain untuk masuk yang tentu akan melengkapi kompetensi dari blok ini dalam eksekusinya, ini memang cukup dari sisi teknis kan complicated,” kata Nicke saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (30/8/2023). 

Selepas divestasi hak partisipasi Shell di Blok Masela rampung beberapa waktu lalu, komposisi kepemilikan saham pada proyek strategis nasional itu beralih pada Pertamina dengan 20% hak partisipasi, 15% dipegang Petroliam Nasional Berhad atau Petronas. Saham mayoritas 65% dipegang Inpex sekaligus bertindak sebagai operator. 

Blok Masela merupakan salah satu prospek ladang migas terbesar di Indonesia. Produksinya diperkirakan dapat mencapai 1.600 juta kaki kubik per hari (MMscfd) gas atau setara 9,5 juta mtpa dan gas pipa 150 MMscfd, serta 35.000 barel kondensat per hari (bcpd). 

Proyek yang semula diperkirakan menelan biaya investasi hingga US$19,8 miliar itu menjadi aset pengelolaan gas terbesar kedua dari Inpex, setelah Ichthys LNG Project di Australia.  

Proyek Blok Abadi Masela itu bakal menutupi lebih dari 10% kebutuhan impor LNG tahunan Jepang nantinya. Di sisi lain, proyek itu juga diharapkan dapat menjaga ketahanan pasokan energi di Indonesia, Jepang, dan beberapa negara Asia lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper