Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Masih Tinggi, IMF Ingatkan Bank Sentral Tetap Hawkish

IMF mengatakan bahwa ekspektasi inflasi menjauh dari target inflasi bank sentral.
Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral Asean+3 (Asean plus China, Jepang, dan Korea Selatan) bertemu di Incheon, Korea Selatan, Selasa (2/5), untuk membahas tantangan terkini ekonomi global./Bisnis-Sri Mas Sari
Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral Asean+3 (Asean plus China, Jepang, dan Korea Selatan) bertemu di Incheon, Korea Selatan, Selasa (2/5), untuk membahas tantangan terkini ekonomi global./Bisnis-Sri Mas Sari

Bisnis.com, INCHEON – Dana Moneter Internasional (IMF) mendorong sebagian besar bank sentral global untuk setia di jalur pengetatan moneter mengingat inflasi mungkin akan menjadi lebih cepat daripada yang diantisipasi oleh otoritas moneter saat ini.

Deputy Managing Director IMF Kenji Okamura mengatakan risiko meningkat bahwa ekspektasi inflasi menjauh dari target inflasi bank sentral. Inflasi inti yang tetap bertahan menyisakan agresivitas bank sentral yang berisiko menekan ekonomi dunia, termasuk Asia.

Inflasi yang persisten juga membuat level utang publik naik, menimbulkan kerentanan sektor korporasi, rumah tangga, dan perbankan, serta ketidakpastian tentang jalur kondisi keuangan global.

Padahal, berdasarkan outlook terakhir pada April, IMF memiliki pandangan optimistis. Dengan pertumbuhan diperkirakan 4,8 persen dari 3,8 persen tahun lalu, Asia akan menjadi kunci pertumbuhan dengan kontribusi dua pertiga terhadap pertumbuhan ekonomi global. China dan India menyumbang separuh pertumbuhan global, a.l. karena tekanan rantai pasok yang mengendur dan pembukaan kembali China.

Bagaimanapun, lanjut Okamura, konsistensi di jalur pengetatan moneter tetap diperlukan hingga inflasi inti menuju target.

“Kami mendorong bank sentral untuk memprioritaskan melawan inflasi,” katanya dalam Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Asean+3 di Incheon, Korea Selatan, Selasa (2/5) sore waktu setempat.

Dia mengecualikan China dan Jepang yang memiiki outlook pertumbuhan lebih cepat dan inflasi cenderung melandai.

Di sisi fiskal, IMF memberi saran kepada negara-negara untuk membangun kembali perlindungan (buffer) sembari memberi dukungan kepada kelompok terdampak.

Di sisi finansial, IMF mengimbau agar negara merekalibrasi kebijakan makroprudensial yang diperlukandan memperkuat kerangka kerja insolvensi.

Reformasi struktural juga diperlukan untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang, yang mencakup transisi hijau, digitalisasi, dan perlindungan sosial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper