Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva pada Kamis memperingatkan pembuat kebijakan mengenai bahaya perang dingin baru.
Melansir dari pemberitaan Reuters pada hari Jumat (14/4/2023), Georgieva mengatakan potensi perang dingin ini mungkin terjadi ketika negara-negara berusaha untuk mengamankan rantai pasokan industri mereka, di tengah ketegangan geopolitik antara kekuatan besar.
Pada Rabu (12/4/2023), diketahui bahwa pemimpin keuangan Group of Seven (G7) berjanji akan memberikan peran yang lebih besar kepada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dalam memperbanyak diversifikasi rantai pasokan agar lebih tahan lama dan berkelanjutan.
Dalam komunikasi tersebut, diketahui bahwa mereka tidak menyebutkan nama China. Namun, Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen dan pemimpin Barat lainnya, menggaungkan untuk lebih banyak berdagang dengan sekutu dan mengurangi ketergantungan pada kekuatan manufaktur Asia untuk mineral baterai, semikonduktor, dan barang strategis lainnya.
Georgieva kemudian mengatakan bahwa pembuat kebijakan mungkin harus menerima bahwa pengembangan rantai pasokan baru yang lebih terpisah akan melibatkan biaya.
Direktur IMF tersebut juga mengatakan bahwa keamanan pasokan dan fungsi yang dapat diandalkan dari rantai pasokan global menjadi prioritas yang baru dalam diskusi ekonomi. Namun, dirinya juga memperingatkan untuk tidak berlebihan dan merusak arus perdagangan global.
"Jika kita gagal menjadi lebih rasional, maka orang di mana saja akan lebih buruk. Kelas menengah di setiap negara akan membayar harganya," kata Georgieva yang dilansir dari Reuters, dan menjelaskan untuk bersikap lebih tenang agar membawa lebih jauh.
Baca Juga
Di lain sisi, Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire mengatakan bahwa penting bagi Prancis, Uni Eropa, dan Amerika Serikat untuk mengamankan rantai pasokan untuk barang-barang penting seperti baterai kendaraan listrik, dan mengurangi ketergantungan pada China.
Sebagai catatan, Maire membedakan antara "mengurangi risiko" rantai pasokan dan "memutus hubungan" dengan China.
"Saya pikir kita perlu berbicara dengan China jika kita ingin menemukan solusi atas tantangan terbesar abad ke-21, termasuk perubahan iklim dan keringanan utang," tuturnya.
Selain itu, Seorang pejabat senior dari Departemen Keuangan AS juga mengatakan bahwa China bergerak dalam arah menutup dunia dan membelah diri, dari kebijakan berorientasi pasar memungkinkan China dapat naik dengan cepat.
Sebelumnya, IMF telah memperingatkan bahwa meningkatnya ketegangan geopolitik dan fragmentasi ekonomi global dapat meningkatkan risiko stabilitas keuangan dan potensialnya mengurangi output ekonomi global antara 0,2 hingga 7 persen.
Hal tersebut kemudian menjadi alasan mengapa IMF memprediksi bahwa ekonomi global akan tetap terjebak dalam mode pertumbuhan rendah selama beberapa tahun ke depan.
Selain itu, Georgieva juga mengatakan bahwa IMF memperkirakan pemulihan yang kuat di China pada 2023 karena pembukaannya pasca Covid-19. China juga akan menyumbang sekitar sepertiga dari pertumbuhan global tahun ini.