Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral di Asia Agresif Pangkas Suku Bunga Respons Dampak Perang Dagang

Bank sentral Asia memangkas suku bunga untuk mengatasi dampak perang dagang AS, dengan fokus pada kebijakan moneter longgar dan pertumbuhan ekonomi.
Para pekerja melintas di depan kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta pada Senin (19/6/2023). / Bloomberg-Dimas Ardian
Para pekerja melintas di depan kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta pada Senin (19/6/2023). / Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah bank sentral di kawasan Asia mulai memangkas suku bunga secara lebih agresif dari yang diperkirakan. Negara-negara lain diperkirakan bakal mengikuti kebijakan moneter longgar itu dalam beberapa bulan mendatang.

Adapun, langkah ini diambil untuk mengimbangi perlambatan pertumbuhan akibat tarif yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump.

Perubahan arah kebijakan bank sentral di Benua Kuning mulai terlihat pekan ini, saat Indonesia dan Selandia Baru mengejutkan pasar dengan sikap dovish, menegaskan bahwa para pembuat kebijakan memperkuat pertahanan terhadap dampak perang dagang AS.

Perhatian pasar kini pun tertuju pada Korea Selatan dan Filipina yang akan menggelar rapat kebijakan pekan depan untuk melihat sinyal pelonggaran kebijakan lebih lanjut.

Meskipun langkah pelonggaran moneter seperti ini biasanya memberi tekanan pada nilai tukar mata uang terhadap dolar AS, yang dapat memicu kekhawatiran inflasi, ekspektasi bahwa The Federal Reserve akan kembali memangkas suku bunga bulan depan memberi sedikit ruang bernapas bagi pasar Asia.

Fokus kini juga tertuju ke Ketua The Fed Jerome Powell yang akan memberikan pidato arah kebijakan Bank Sentral AS pada hari ini, Jumat (22/8/2025), dalam pertemuan tahunan The Fed di Jackson Hole.

Adapun, depresiasi dolar AS sejauh ini telah memungkinkan sebagian besar mata uang Asia menguat terhadap greenback.

“Resep yang jelas adalah pelonggaran kebijakan moneter di luar AS,” tulis Nathan Sheets, Kepala Ekonom di Citigroup Inc., dalam catatannya pekan ini, dikutip Bloomberg, Jumat (22/8/2025).

Lebih lanjut, pertumbuhan di kawasan Asia diperkirakan melambat pada paruh kedua tahun ini, seiring mulai berlakunya tarif balasan Trump dan berakhirnya dorongan sementara dari percepatan ekspor sebelum tarif diterapkan.

Para ekonom dari Morgan Stanley, yang menghitung bahwa tarif AS terhadap Asia telah meningkat dari 5% di awal tahun menjadi 25%, memperkirakan akan terjadi gelombang pemangkasan suku bunga di kawasan ini.

Morgan Stanley memproyeksikan penurunan suku bunga sebesar 125 basis poin di Filipina hingga tahun 2026, serta pemangkasan 50 basis poin di Korea Selatan, Thailand, Australia, Malaysia, dan Taiwan.

Ekonomi Asia menunjukkan ketahanan yang mengejutkan pada paruh pertama tahun ini karena negosiasi dagang menjaga optimisme dan lonjakan ekspor untuk menghindari tarif yang akan diberlakukan membantu menopang pertumbuhan.

Namun, menurut Oversea-Chinese Banking Corp. (OCBC), kini dampaknya mulai terasa seiring tarif yang lebih tinggi mulai berlaku. OCBC memperingatkan Thailand dan Vietnam kemungkinan akan menjadi negara yang paling terdampak di Asia Tenggara.

"Dalam hal respons kebijakan, kami memperkirakan bank sentral akan terus memikul beban utama melalui pemangkasan suku bunga, sementara dukungan fiskal tetap lebih terarah," tulis para ekonom OCBC yang dipimpin oleh Lavanya Venkateswaran dalam catatannya pekan ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Dwi Nicken Tari
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro