Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengungkapkan ekonomi global telah terbukti tahan terhadap berbagai guncangan, tetapi belum mampu mengatasi kombinasi pertumbuhan yang lemah dan inflasi yang tinggi.
Proyeksi IMF akan pertumbuhan global sebesar 2,8 persen untuk 2023 tidak cukup untuk memberikan peluang bagi bisnis dan masyarakat di seluruh dunia, dan yang paling mengkhawatirkan adalah proyeksi pertumbuhan yang lemah dalam jangka waktu yang lebih lama.
Dilansir dari Aljazeera pada Selasa (18/4/2023), IMF memperingatkan gejolak baru dari gejolak sistem perbankan yang menghambat penyaluran pinjaman dan memicu arus modal besar-besaran ke aset-aset safe haven dapat menekan pertumbuhan ekonomi global kembali ke 1 persen dan menyeret banyak negara jatuh ke dalam resesi.
Setelah pulih dari pandemi Covid-19 dan mengalami kemunduran akibat inflasi yang tinggi dan dampak dari perang di Ukraina, para pembuat kebijakan memiliki dua tugas utama dalam waktu dekat, yakni memerangi inflasi yang terus-menerus dan menjaga stabilitas keuangan.
Keduanya telah menjadi lebih kompleks karena tekanan perbankan dari kegagalan dua bank regional Amerika Serikat (AS) dan akuisisi bank global Credit Suisse.
Kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengungkapkan para pembuat kebijakan tidak boleh menghentikan perjuangan mereka melawan inflasi karena masalah stabilitas keuangan.
Baca Juga
Asapun, Georgieva menambahkan kewaspadaan terhadap risiko-risiko yang muncul sangat penting.
"Bank-bank sentral harus menangani risiko-risiko stabilitas keuangan ketika risiko-risiko tersebut muncul, bekerja sama dengan para regulator dan pengawas," ujarnya.
Menurutnya, memantau risiko-risiko adalah kunci yang harus diterapkan di bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan non-bank atau di sektor-sektor seperti real estat komersial.
IMF telah mengeluarkan proyeksi pertumbuhan global lima tahun terendah sejak mulai mengeluarkan perkiraan tersebut pada 1990, dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2023 sebesar 2,8 persen dan kemudian berada di sekitar 3 persen hingga 2028.
Georgieva menjelaskan hal ini disebabkan oleh produktivitas yang tertinggal dan potensi fragmentasi ekonomi global.
"Perkiraan ini tidak mengerikan. Kita tidak berada dalam resesi. Menurut saya, kita tidak berada di tempat yang bagus, kita melihat risiko-risiko yang meningkat, tetapi kita sekarang memiliki rekam jejak selama beberapa tahun terakhir dengan ketahanan yang luar biasa." pungksnya.