Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Duh! Pengembang Tahan Penjualan Rumah Subsidi, Ini Penyebabnya

Pengembang rumah subsidi di daerah memilih untuk menahan penjualan dan pengembangan proyek baru. Ini sederet alasannya.
Afiffah Rahmah Nurdifa
Afiffah Rahmah Nurdifa - Bisnis.com 05 September 2022  |  16:10 WIB
Duh! Pengembang Tahan Penjualan Rumah Subsidi, Ini Penyebabnya
Foto udara areal komplek perumahan bersubsidi di kawasan Jalan Kecipir, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Jumat (15/7/2022). ANTARA FOTO - Makna Zaezar

Bisnis.com, JAKARTA - Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) menyebut hampir 50 persen pengembang properti di daerah menahan pengembangan proyek baru dan penjualan rumah subsidi akibat kenaikan harga material dan ongkos produksi.

Wakil Ketua Umum REI Hari Gani bercerita tentang pengalamannya mengunjungi beberapa daerah dan menemukan sejumlah pengembang yang semakin merasa kesulitan untuk memproduksi rumah baru.

Hari menuturkan antara cost production atau ongkos produksi dengan harga jual rumah subsidi saat ini sudah tak sebanding. Para pengembang pun enggan menjual karena margin profit yang terlampau tipis.

"Saya tiap minggu itu keliling daerah, pengembang-pengembang rumah subsidi di daerah itu udah teriak-teriak, mereka gamau jualan rumah dulu karena production cost-nya lebih mahal," kata Hari saat dihubungi Bisnis, Senin (5/9/2022).

Dia mengungkapkan ada beberapa faktor yang menyebabkan pengembang menahan penjualan dan pengembangan proyek rumah subsidi. Beberapa faktor yang dimaksud adalah peningkatan harga material di kisaran 15-20 persen tahun ini, kenaikan harga BBM, dan tidak adanya penyesuaian harga rumah subsidi.

Di sisi lain, kerugian tak hanya akan dirasakan pengembang, tapi juga para calon pembeli rumah yang merupakan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

"Kalau kayak begini kan kondisi serba salah, yang rugi bukan hanya pengembang yang nggak bisa dapat cash flow dan nggak bisa jualan karena marginnya terlalu tipis atau bahkan ngga ada margin," ujarnya.

Hari melihat pembeli rumah subsidi yang butuh rumah pun akan kesulitan memperoleh rumah layak huni. Jika dilihat, pembeli rumah subsidi rata-rata merupakan end user yang disasar oleh MBR.

"Mereka sama-sama akan merugi, yang satu nggak bisa jual rumah dan yang satu nggak bisa beli rumah sekarang," kata Hari.

Lebih lanjut, Hari membandingkan dengan rumah komersial yang dikembangkan oleh developer properti besar. Kesulitan yang sama juga terlihat dari keputusan untuk menaikkan harga.

"Kenaikan harga kayak gini ya dia [pengembang rumah komersial] liat pasar, pasar baru pulih masak sudah naikin harga. Susah juga, paling dia efisiensi atau menurunkan profit margin," ujarnya.

Namun, dalam hal ini rumah komersial memiliki keuntungan yaitu tak hanya menyasar konsumen end user, tapi juga investor properti.

"Investor ini yang sekarang melihat properti sebagai sarana untuk menyimpan dana yang tepat, karena properti kan dilihat stabil nilainya," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

rumah subsidi rei harga rumah Harga BBM
Editor : Fitri Sartina Dewi

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top