Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Daya Beli Rontok, Persaingan Ritel Modern dan Warung Madura Makin Ketat?

Persaingan warung madura yang berskala mikro semakin ketat ritel modern di tengah fenomena menurunnya daya beli masyarakat.
Ilustrasi inflasi atau kenaikan harga bahan-bahan pokok. Pelanggan memilih barang kebutuhan di salah satu ritel modern di Depok, Jawa Barat, Minggu (30/7/2023). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Ilustrasi inflasi atau kenaikan harga bahan-bahan pokok. Pelanggan memilih barang kebutuhan di salah satu ritel modern di Depok, Jawa Barat, Minggu (30/7/2023). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Kehadiran warung madura makin marak di tengah amblasnya daya beli kelas menengah. Kondisi ini memperketat persaingan warung berskala mikro itu dengan ritel modern. 

Berdasarkan riset terbaru dari Inventure terhadap 450 responden dari kalangan Kelas Menengah dan Gen Z, 49% kelas menengah mengalami penurunan daya beli. Ada 3 faktor utama yakni kenaikan harga kebutuhan pokok, mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan dan pendapatan yang stagnan.

Ketua Paguyuban Pedagang Sembako Madura, Abdul Hamied, mengatakan pelaku usaha warung maupun grosiran saat ini bergerilya mencari agen pemasok paling murah agar harga jual yang ditawarkan ke konsumen dapat lebih terjangkau. Hal ini untuk mempertahankan margin keuntungan yang menipis. 

“Kalau di Warung saya itu mungkin kisaran sekitar Rp4 juta sampai Rp5 juta sehari [omzet], ritel ini margin sangat tipis. Kita itu 10% margin karena kita jualnya sangat rendah,” kata Hamied dalam agenda Indonesia Industry Outlook 2025 Conference, Rabu (23/10/2024). 

Sejumlah warung juga mengadopsi strategi baru dengan mengubah dari eceran menjadi grosiran. Pasalnya, perputaran transaksi di toko grosiran bisa lebih besar yakni dikisaran Rp30 juta sampai Rp50 juta. Namun, toko grosir tidak dapat menjangkau konsumen secara individu yang seringkali mencari produk eceran. 

Di sisi lain, dia melihat penurunan daya beli kelas menengah tidak membuat persaingan dengan ritel modern mengetat. Justru, ritel modern dapat menjadi mitra warung madura ketika barang diskon diobral murah. 

“Bisa juga jadi mitra, mereka [toko ritel modern] suka pasang promo, diskon, kita juga ambil buat barang stok di warung,” tuturnya. 

Kendati demikian, tak dapat dipungkiri, dalam riset Inventure ditunjukkan bahwa 4 dari 5 kelas menengah memilih warung madura lantaran secara lokasi, harga dan jam operasional (24 jam) lebih unggul. 

Kemasan eceran juga menjadi incaran kelas menengah, produk kebutuhan dasar seperti minuman botol, sembako, snack, dan produk mandi paling banyak dibeli di warung madura. 

Dalam kesempatan yang sama, Managing Partner at Trade Marketing Indonesia, FM Siddharta menyampaikan terdapat segmentasi berbeda antar ritel modern dan warung madura.

Artinya, bertambahnya warung madura tak menjadi faktor utama persaingan ritel semakin ketat. Terlebih, dia menilai terdapat perubahan cara konsumsi masyarakat yang menyebabkankemasan eceran lebih diincar. 

“Peningkatan pembelian kemasan saset memang bisa merefleksikan bahwa ada penurunan daya beli. Tapi sebenarnya bisa refleksi juga perubahan cara mengkonsumsi,” jelasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper