Bisnis.com, JAKARTA - Hilirisasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) atau proyek gasifikasi batu bara masih menghadapi sejumlah tantangan, bahkan disebut ada pihak yang menjegal upaya pemerintah tersebut.
Baru-baru ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut, sejumlah pihak bermain-main berupaya mencegah proyek gasifikasi batu bara menjadi DME untuk terealisasi.
Padahal, DME merupakan salah satu proyek penghiliran yang disebut dapat menggantikan penggunaan liquefied petroleum gas (LPG), sekaligus menekan impor LPG Indonesia yang saat ini tercatat sebanyak 6 juta ton.
"Dulu Pak Presiden [Jokowi] sudah melakukan groundbreaking membuat DME untuk mengelola batu bara kalori rendah menjadi LPG tetapi saya tahu ada yang mencegat waktu saya menjadi menteri investasi," ujar Bahlil, dikutip (26/9/2024).
Setelah diangkat menjadi Menteri ESDM sejak Agustus 2024 lalu, dia pun mulai mengantisipasi dan tak segan melawan pihak yang bermain-main dengan proyek tersebut.
"Nggak boleh, kalau dulu saya kan sendiri toh, sekarang mohon maaf barang ini ada paten, patennya dikit ini barang," terangnya.
Baca Juga
Pengembangan DME merupakan upaya untuk menyubtitusi LPG yang selama ini masih impor. Kementerian ESDM mencatat Indonesia masih mengimpor LPG hingga 6 juta ton per tahun dengan nilai US$3,45 miliar. Bahkan, Indonesia harus mengeluarkan devisa yang signifikan untuk impor LPG, sekitar Rp450 triliun keluar setiap tahun untuk membeli minyak dan gas, termasuk LPG.
Kendati demikian, sejumlah proyek DME yang tengah digarap saat ini pun belum tampak membuahkan hasil nyata. Bahkan, mandek seperti proyek milik PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) hingga PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO).
Daftar Proyek DME Batu Bara yang Mandek
1. Bukit Asam (PTBA)
Peletakan batu pertama atau groundbreaking proyek gasifikasi batu bara menjadi DME milik PTBA diresmikan oleh Presiden Jokowi pada Januari 2022. Kala itu, Jokowi percaya diri bahwa proyek yang berada di Muara Enim, Sumatra Selatan itu akan rampung dalam waktu 30 bulan.
Rencananya, PTBA akan memproduksi DME sebesar 1,4 juta ton per tahun dengan bahan baku batu bara sebanyak 6 juta ton per tahun.
Dalam proyek strategis nasional itu, PTBA bersama PT Pertamina (Persero) awalnya menggandeng Air Products & Chemical Inc (APCI), perusahaan Amerika Serikat (AS) dan berhasil menarik komitmen investasi sebesar US$2,1 miliar atau setara dengan Rp30 triliun.
APCI menggenggam saham mayoritas mencapai 60% dari proyek gasifikasi itu yang diikuti dengan PTBA dan Pertamina masing-masing 20%. Masa kontrak APCI ditenggat selama 20 tahun dengan skema opsi BOT pada akhir kerja sama.
Namun, pada awal 2023, Air Products memutuskan menarik seluruh komitmen investasinya pada proyek penghiliran batu bara di Indonesia, termasuk DME milik PTBA.
Perkembangan terakhir, PTBA tengah menjalin komunikasi intensif dengan East China Engineering Science and Technology Co.LTD. untuk melanjutkan program gasifikasi batu bara menjadi DME.