Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkap adanya pihak yang bermain-main dan mencegah proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) terealisasi.
Bahlil menyayangkan hal tersebut lantaran DME dinilai dapat menjadi alternatif untuk menggantikan liquefied petroleum gas (LPG), sekaligus menekan impor LPG Indonesia yang saat ini mencapai 6 juta ton per tahun.
"Dulu Pak Presiden [Jokowi] sudah melakukan groundbreaking membuat DME untuk mengelola batu bara kalori rendah menjadi LPG tetapi saya tahu ada yang mencegat waktu saya menjadi menteri investasi," kata Bahlil di Jakarta, Rabu (25/9/2024).
Kondisi tersebut tengah diantisipasi oleh Bahlil semenjak dirinya menjadi menteri ESDM. Dia pun tak segan untuk melawan demi menjaga kedaulatan negara, maka tidak boleh ada pihak yang bermain-main dalam proyek tersebut.
"Nggak boleh, kalau dulu saya kan sendiri toh sekarang mohon maaf barang ini ada paten, patennya dikit ini barang," tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, pengembangan DME masih tersendat persoalan keekonomian. Apalagi belakangan, perusahaan asal Amerika Serikat (AS), Air Products & Chemical Inc, memutuskan untuk hengkang dari proyek DME milik PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan PT Kaltim Prima Coal (KPC).
Baca Juga
Sebelumnya, Staf Ahli Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Kementerian ESDM Lana Saria mengamini bahwa tak menutup kemungkinan perusahaan yang semula berencana mengembangkan DME nantinya melakukan perubahan rencana hilirisasinya. Namun, hingga saat ini, Kementerian ESDM belum menerima adanya usulan terkait perubahan rencana pengembangan DME.
"Belum ada usulan perubahan, kalau DME mungkin ada perubahan tapi belum masuk pemerintah,” kata Lana saat ditemui di Kompleks Parlemen, Rabu (19/6/2024).
Di sisi lain, Lana menuturkan bahwa saat ini pemerintah juga tengah menjajaki kerja sama dengan perusahaan asal China untuk dapat menggantikan Air Products menggarap proyek DME di Indonesia.
Pihak PTBA mengungkapkan bahwa perseroan tengah menjalin komunikasi intensif dengan East China Engineering Science and Technology Co.LTD. untuk melanjutkan program gasifikasi batu bara menjadi DME.
Hengkangnya Air Products
Air Products & Chemical Inc. memilih untuk menarik seluruh komitmen investasinya pada proyek penghiliran batu bara di Indonesia dan mengalihkan investasinya ke negara asalnya. Perusahaan asal AS itu semula berkomitmen mengembangkan dua proyek strategis nasional hilirisasi batu bara.
Pertama, proyek gasifikasi batu bara menjadi DME di Muara Enim, Sumatra Selatan dengan membentuk joint venture bersama PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan PT Pertamina (Persero). Air Products awalnya berkomitmen untuk berinvestasi US$2,1 miliar atau sekitar Rp30 triliun untuk proyek yang ditargetkan menghasilkan 1,4 juta ton DME per tahun sebagai subtitusi impor 1 juta ton LPG per tahun.
Bahkan, groundbreaking proyek DME tersebut pada Januari 2022 lalu sempat diresmikan oleh Presiden Jokowi. Orang nomor satu di Indonesia itu pun menaruh harapan besar proyek DME dapat menekan beban impor LPG yang mencapai Rp80 triliun.
Kedua, proyek gasifikasi batu bara menjadi metanol dengan membentuk joint venture bersama konsorsium Bakrie Group, yang terdiri atas PT Bakrie Capital Indonesia, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), dan PT Ithaca Resources. Anak usaha BUMI, PT Kaltim Prima Coal direncanakan memasok batu bara dari tambangnya untuk proyek dengan kapasitas 1,8 juta ton metanol per tahun itu. Rencana investasi yang akan ditanamkan di proyek ini mencapai Rp33 triliun.