Bisnis.com, SOLO - Kereta api Light Rail Transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok Bekasi (Jabodebek) mengalami masalah, pernyataan mantan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan kembali viral di media sosial.
LRT Jabodebek telah diresmikan pada akhir Agustus 2023. Namun sejak peluncurannya itu, banyak masalah yang menghinggapi LRT Jabodebek.
Yang terbaru, PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) menyampaikan bahwa LRT Jabodebek yang masih beroperasi tinggal 9 rangkaian kereta (trainset).
Manajer Humas KAI Divisi LRT Jabodebek Kuswardojo pengurangan rangkaian dan frekuensi perjalanan ini terpaksa dilakukan seiring dengan kondisi roda pada 18 trainset yang harus memasuki masa perawatan.
Dengan demikian, jumlah kereta yang memasuki masa perawatan bertambah sebanyak 5 unit.
Pada pekan lalu, KAI melaporkan sebanyak 13 rangkaian kereta buatan Industri Kereta Api (INKA) itu memasuki masa perawatan.
Baca Juga
"Pengurangan ini dilakukan karena didapati kondisi keausan roda kereta yang beroperasi sudah harus dilakukan masa pembubutan," kata Kuswardojo di Jakarta, Rabu (25/10/2023).
Berkurangnya jumlah kereta yang beroperasi membuat waktu tunggu antarkedatangan kereta atau headway menjadi makin lama.
Kuswardojo mengatakan, saat ini headway LRT Jabodebek untuk seluruh lintas pelayanan adalah sekitar 30 hingga 40 menit.
Dia menjelaskan, banyaknya jumlah trainset yang memasuki masa perawatan secara bersamaan disebabkan oleh total jarak tempuh per rangkaian yang telah mencapai kisaran 22.000 kilometer-23.000 kilometer.
Sesuai Prediksi Ignasius Jonan
Pada 8 tahun lalu alias 2015, Menteri Perhubungan saat itu, Ignasius Jonan, telah mewanti-wanti terkait rencana menjadikan kereta api buatan INKA sebagai angkutan penumpang.
Jonan mengatakan, kereta api buatan INKA kurang memenuhi aspek keselamatan sehingga berbahaya jika digunakan untuk mobilitas orang,
"Kalau memang untuk gerbong barang boleh karena tidak terlalu kompleks. Atau juga untuk wagon, kereta penumpang yang ditarik lokomotif boleh. Tapi kalau yang model KRL, KRD, dan lain sebagainya itu sebaiknya tidak usah, apalagi bikin trem," kata Ignasius Jonan pada 21 Juli 2015.
Jonan menyebut hal itu yang menjadi alasan mengapa kereta buatan INKA tak digunakan untuk layanan KRL Commuter Line pada masanya.
Saat itu pemerintah lebih memilih kereta bekas yang diimpor dari Jepang, alih-alih menggunakan kereta buatan INKA.
"Kalau kualitasnya tidak sempurna, di samping membahayakan, kalau nanti sering mogok, yang diprotes pasti operatornya. Produksi mereka belum sebagus seperti yang diharapkan masyarakat," ujar Jonan.
Saint Ignatius was right, is right, and will always be right. https://t.co/ZVVSTyN8nA pic.twitter.com/mYDwJeiiQb
— WAZZA (@arungbudoyo) October 25, 2023