Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed dan Sinyal Suku Bunga BI, BOE, hingga Bank Sentral Turki

The Fed menahan suku bunga acuannya. Bank Indonesia, Bank of England, dan bank sentral Turki juga akan memutuskan suku bunganya hari ini.
Annasa Rizki Kamalina,Jessica Gabriela Soehandoko
Kamis, 21 September 2023 | 09:00
Gedung Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Mingg (10/4/2022). Bloomberg/ Tom Brenner
Gedung Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Mingg (10/4/2022). Bloomberg/ Tom Brenner

Bisnis.com, JAKARTA – Bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve atau The Fed, memutuskan untuk menahan suku bunga acuan dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC).

Dalam pertemuan pada pada 19-20 September 2023 tersebut, The Fed menahan suku bunga Fed Fund Rate di kisaran target 5,25 persen - 5,50 persen dan tetap mempertahankan sikap hawkish. 

Ketua Dewan Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell menegaskan bahwa bank sentral hampir selesai menaikkan suku bunga. Namun para pejabat lainnya mengatakan bahwa suku bunga harus tetap tinggi untuk waktu yang lama. 

“[The Fed sekarang dapat] melanjutkan dengan hati-hati,” jelas Powell, sentimen yang ia ulangi setidaknya selusin kali pada konferensi pers tersebut, seperti dilaporkan Bloomberg, Kamis (21/9). 

Dalam proyeksi ekonomi kuartalan yang dirilis setelah pertemuan FOMC, 12 dari 19 penjabat mengutarakan bahwa mereka masih memperkirakan kenaikan suku bunga sekali lagi pada tahun ini. 

Hal yang dapat menjadi perhatian lebih bagi para investor adalah pernyataan para pembuat kebijakan yang melihat penurunan suku bunga yang lebih sedikit, dari yang diantisipasi sebelumnya pada 2024, sebagian karena pasar tenaga kerja yang lebih kuat. 

Dari proyeksi tersebut, mereka memperkirakan inflasi akan turun di bawah 3 persen pada 2024. Kemudian, inflasi baru mencapai target 2 persen pada 2026. Dengan kata lain, soft landing ekonomi AS kini tampak berada dalam jangkauan. 

"Mereka pada dasarnya mengatakan bahwa skenario soft landing akan disambut dengan kebijakan yang lebih ketat," jelas ekonom senior AS di Deutsche Bank AG, Brett Ryan dan mengatakan bahwa itu adalah kesimpulan utamanya. 

Keputusan the Fed diperkirakan memberikan sentimen terhadap keputusan bank sentral lainnya. Hari ini, Kamis (21/9/2023), Bank Indonesia, Bank of England (BOE), dan bank sentral Turki juga akan memutuskan suku bunga acuannya.

Bank Indonesia

Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan suku bunga acuan 7-day reverse repo rate (7DRR) pada akhir Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini. Konsensus ekonom meyakini bahwa BI akan tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level 5,75 persen.

Menurut 27 lembaga dalam konsensus ekonom Bloomberg, seluruhnya sepakat bahwa bank sentral Indonesia tersebut belum akan menaikkan atau menurunkan suku bunga pada September 2023. 

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual yang termasuk dalam konsensus tersebut, menyampaikan bertahannya suku bunga acuan tersebut karena kondisi eksternal masih menantang dengan adanya gejolak ekonomi China. 

“BI kemungkinan masih menahan. Sementara itu, inflasi relatif terkendali dan untuk bulan September diproyeksikan akan mengarah ke 2 persen karena faktor high base effect akibat kenaikan harga BBM tahun lalu,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (20/9/2023). 

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengestimasi BI7DRR tidak akan berubah pada September 2023. 

Menurutnya, kebijakan BI dalam menahan suku bunga acuan nantinya atas dasar perkembangan ekonomi knususnya inflasi yang stabil di dalam negeri. 

Tercatat, tingkat inflasi pada Agustus 2023 adalah sebesar 3,27 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), terjaga dalam kisaran sasaran BI 2-4 persen. Tingkat inflasi inti pada Agustus 2023 juga tetap terjaga rendah, yaitu mencapai 2,1 persen secara tahunan.

Selain itu, Josua mengatakan BI juga mempertimbangkan nilai tukar rupiah yang terjaga stabil saat ini. 

“Meskipun rupiah masih cenderung melemah, terutama pada kuartal III ini, namun kami perkirakan depresiasi ini cenderung bersifat temporer akibat dari sentimen risk-off di pasar Asia,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper