Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi buka suara ihwal usulan peternak unggas agar keran impor jagung dibuka. Kekhawatiran peternak terhadap harga pakan yang kian meroket didasari oleh pasokan jagung yang diprediksi defisit pada semester II/2023.
Arief menuturkan untuk melakukan impor diperlukan analisis dalam neraca pangan komoditas."Bila hitungan neracanya minus, pengadaan luar negeri bisa sebagai alternatif," ujar Arief kepada Bisnis.com, Selasa (4/7/2023).
Adapun berdasarkan data prognosa neraca jagung bulanan yang dihimpun Bisnis.com, pada Juli hingga Desember 2023 mengalami defisit. Pada Juli 2023, diperkirakan neraca jagung mengalami defisit 143.341 ton; Agustus 2023 defisit 34.059 ton; September 2023 defisit 139.091 ton; Oktober 2023 defisit 136.938 ton; November 2023 defisit 95.541 ton; dan Desember 2023 defisit 280.062 ton.
Di dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 125/2022, jagung termasuk dalam komoditas pokok yang diatur ketersediaannya sebagai cadangan pangan pemerintah (CPP) bersama beras dan kedelai. Adapun untuk impor beras dan kedelai sudah dilakukan saat neraca dipastikan defisit, sementara jagung untuk pakan tidak demikian.
Kendati, Arief memastikan bahwa realisasi impor jagung untuk pakan hanya akan dilakukan sebagai opsi terakhir, bilamana pasokan dari dalam negeri tidak mampu mencukupi kebutuhan.
"Tapi itu last option," tuturnya.
Baca Juga
Eks Dirut RNI tersebut mengatakan bahwa sejumlah wilayah saat ini tengah mengalami panen raya jagung, salah satunya di wilayah Lombok Timur.
Adapun alasan pemerintah menutup keran impor jagung untuk pakan, kata Arief didasari agar harga jagung di tingkat petani terjaga dengan baik. Di sisi lain, Bapanas mengklaim terus menjaga pasokan dengan mendistribusikan jagung dari wilayah sentra produksi ke wilayah yang membutuhkan sesuai dengan harga acuan pembelian (HAP).
Berdasarkan Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) No. 5/2022 pemerintah menetapkan HAP jagung pakan di tingkat peternak sebesar Rp5.000 per kilogram. Sementara panel harga pangan menunjukkan harga jagung pakan per 4 Juli 2023 sudah menembus Rp6.350 per kilogram.
Sebelumnya, Ketua Bidang Hubungan antar Lembaga dan Hubungan Masyarakat Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar), Musbar Mesdi mengungkapkan bahwa biaya jagung pakan saat ini telah naik lebih dari 20 persen dari HAP.
Menurutnya, bila pemerintah mengimpor sebagian kebutuhan jagung pakan, maka harga di dalam negeri bisa lebih rendah. Dengan begitu, harga pokok produksi (HPP) peternak bisa ditekan. Dari kebutuhan bulanan sekitar 650.000 ton, setidaknya pemerintah perlu mengimpor sekitar 200.000 ton per bulan untuk stabilisasi harga jagung pakan.
"Harga jagung impor itu cuma sekitar US$250 per ton, kalau sampai Indonesia itu cuma Rp4.400 per kilogram, di bawah HAP Perbadan 5/2022," katanya.