Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Petani Jagung Terancam Deal Tarif RI-AS, Pemerintah Diminta Turun Tangan

Kesepakatan tarif 0% untuk produk AS ke Indonesia dinilai bakal mengancam petani jagung lokal karena sulit bersaing.
Seorang petani saat memanen jagung di Desa Aur Duri Surantih, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, Kamis (11/8/2022). Bisnis/Muhammad Noli Hendra
Seorang petani saat memanen jagung di Desa Aur Duri Surantih, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, Kamis (11/8/2022). Bisnis/Muhammad Noli Hendra

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) menilai, kesepakatan tarif 0% terhadap produk Amerika Serikat (AS) yang masuk ke Indonesia dapat menjadi bencana bagi petani jagung dalam negeri. Pasalnya kondisi ini membuat petani jagung lokal sulit untuk bersaing.

Ketua APJI Solahudin menyampaikan, sektor pertanian AS saat ini memanfaatkan teknologi canggih, mulai dari benih hasil rekayasa genetik, hingga peralatan pertanian yang menggunakan mekanisasi.

“Itu saja kita dari sisi biaya produksi, cost produksi kita jauh lebih tinggi karena kita masih manual. Nah tatkala sama saja kita sudah kalah bersaing,” kata Solahudin kepada Bisnis, dikutip Minggu (20/7/2025).

Apalagi, kata dia, Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif impor terhadap produk asal Indonesia yang masuk ke negaranya sebesar 19%, sedangkan produk AS yang masuk ke Indonesia ditetapkan sebesar 0% atau bebas bea masuk.

Menurutnya, kondisi ini tentu akan membuat produk jagung lokal sulit bersaing dari sisi harga, jika nantinya impor jagung asal AS membanjiri Indonesia.

Untuk itu, dia mengharapkan pemerintah dapat melindungi para petani lokal, baik dengan subsidi pembelian maupun jaminan harga dari pemerintah.

“Saya berharap kepada pemerintah tolong melindungi kami,” ujarnya. 

Dia mengungkapkan, selama ini tak semua petani jagung menikmati Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp5.500 per kilogram (kg). Menurutnya, kemungkinan harga tersebut hanya dinikmati beberapa daerah pada  musim-musim tertentu saja.

Di luar itu, Solahudin mengungkap harga jagungdi tingkat petani masih di kisaran Rp4.800 per kg - Rp5.000 per kg alias di bawah HPP yang dipatok pemerintah sebesar Rp5.500 per kg.

“Sampai hari ini lebih dari 70% petani kita belum pernah merasakan harga itu,” ungkapnya.

Menurutnya, kondisi ini terjadi lantaran tidak adanya peran Perum Bulog dalam menyerap jagung di tingkat petani. Dia mengatakan, BUMN Pangan itu hanya mampu membeli jagung di daerah-daerah tertentu seperti NTB dan Sulawesi lantaran tidak banyak pedagang jagung di daerah tersebut.

“Kalau di Jawa, coba bisa dicek mana ada kantor Bulog yang membeli jagung petani,” katanya.

Untuk itu, dia mengharapkan perhatian pemerintah terhadap petani jagung agar tidak mengalami kerugian. Jika kondisi ini terus berlanjut, dia khawatir para petani jagung enggan untuk menanam.

“Kalau petani ini terus-terus rugi, kita nggak bisa bayangkan kalau terus petani mogok nanam. gimana nasib kita?” pungkasnya. 

Dalam catatan Bisnis, Analis dari Samuel Sekuritas menilai, kesepakatan tarif 0% terhadap produk AS yang masuk ke Indonesia dapat menimbulkan dampak negatif terhadap industri peternakan dan pertanian lokal.

Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia Harry Su menyampaikan, jika ayam dari AS masuk ke Indonesia, hal ini dikhawatirkan dapat mematikan pelaku usaha unggas lokal. Akibatnya, 5 juta pekerjaan akan langsung hilang.

“Ini berarti 5 juta pekerjaan akan langsung hilang,” ujar Harry dalam keterangannya, dikutip Rabu (16/7/2025).

Kondisi serupa juga berlaku untuk komoditas jagung. Harry mengatakan, petani lokal terancam gulung tikar jika jagung dari AS masuk dengan bebas ke Indonesia lantaran biaya produksi lokal yang jauh lebih tinggi daripada AS.

“Petani lokal kita juga akan gulung tikar karena biaya produksi kita jauh lebih tinggi daripada di AS,” ungkapnya. 

Oleh karena itu, dia mengharapkan pemerintah dapat melindungi industri dalam negeri di tengah kesepakatan tarif tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro