Bisnis.com, JAKARTA – Laju inflasi di Indonesia diperkirakan terus melanjutkan tren penurunan. Sejumlah faktor dinilai menjadi pendorong belanjutnya penurunan laju inflasi nasional.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky memperkirakan tingkat inflasi pada Juni 2023 akan kembali mengalami penurunan. Inflasi pada bulan lalu diperkirakan mencapai kisaran 3,5 hingga 3,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
“Inflasi Juni 2023 kami perkirakan di kisaran 3,5 hingga 3,7 persen, seiring dengan mulai terkendalinya harga pangan akibat stok yang terjaga,” katanya kepada Bisnis, Minggu (2/7/2023).
Riefky mengatakan, meski inflasi dalam tren menurun, tekanan terhadap laju inflasi masih berisiko meningkat akibat El Nino dan cuaca ekstrem yang akan mengganggu pasokan.
Pada kesempatan berbeda, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan inflasi tahunan akan turun dari 4,00 persen yoy di Mei 2023 menjadi 3,65 persen yoy pada Juni 2023.
Sejalan dengan itu, inflasi inti diperkirakan akan terus menurun dari 2,66 persen yoy pada Mei 2023 menjadi 2,59 persen yoy pada Juni 2023.
Baca Juga
“Namun, hal ini lebih disebabkan oleh melemahnya harga emas dan inflasi inti makanan yang lebih rendah karena harga dan pasokan makanan cenderung terkendali,” katanya.
Faisal memperkirakan laju inflasi tahunan akan terus melanjutkan tren penurunan pada semester kedua 2023.
“Kami melihat inflasi akan terus menurun dan tetap berada dalam kisaran target kedepannya,” jelasnya.
Senada, Faisal mengatakan bahwa El Nino dan cuaca ekstrem masih akan menjadi tantangan yang perlu diantisipasi dampaknya terhadap inflasi bahan pangan.
Dengan kondisi tersebut, dia memperkirakan tingkat inflasi akan mencapai 3,60 persen pada akhir 2023.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa tren inflasi pada bulan di mana terdapat Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN) Iduladha cenderung lebih rendah dibandingkan Idulftri.
Direktur Statistik Harga BPS Windhiarso Putranto melaporkan bahwa pada momen perayaan Iduladha 2019, 2021, dan 2022 terjadi inflasi barang dan jasa secara umum. Pada 2020 atau masa pandemi Covid-19 justru terjadi deflasi.
“Pada periode Iduladha, masyarakat Indonesia cenderung tidak meningkatkan konsumsinya yang berdampak terhadap tidak terjadi dorongan potensi inflasi akibat permintaan,” ujarnya dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, dikutip, Rabu (28/6/2023).