Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sederet Manfaat dan Risiko Redenominasi, dari Penguatan Rupiah hingga Picu Inflasi

Rencana redenominasi rupiah kembali mengemuka, ekonom pun menyampaikan manfaat dan risiko dari rencana ini.
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Usulan redenominasi kembali muncul seiring dengan berakhirnya pandemi Covid-19, di mana kondisi ekonomi dan inflasi yang menjadi prasyarat implementasi, mulai membaik. 

Redenominasi atau penyederhanaan mata uang ini nantinya akan menghilangkan beberapa angka 0, dalam hal ini tiga angka 0 dalam rupiah

Misalnya, saat membeli mobil yang saat ini harganya Rp300 juta, dengan penyederhanaan tersebut harganya melalui rupiah baru menjadi Rp300.000. 

Melansir dari laman resmi Bank Indonesia (BI), perlu diperhatikan bahwa redenominasi bukanlah sanering atau pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nilai uang, di mana masyarakat perlu merogoh kocek lebih banyak untuk membeli suatu barang. 

Selanjutnya, hal ini akan menyederhanakan sistem akuntansi dalam sistem pembayaran tanpa menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian.

BI telah menyiapkan rencana ini sejak 2010, di mana kala itu ekonomi Indonesia cukup stabil. Sepanjang itu hingga 2019, BI telah yakin untuk implementasi redenominasi, tetapi Covid-19 melanda.

“Kami persiapan teknis itu sudah sampai ke ritel-ritelnya, kami pakai price tagging. Jadi, sudah disiapkan ini harganya Rp50.000 bawahnya Rp50, udah sampai ke sana,” ujar Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti, Kamis (22/6/2023

Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah Redjalam mengungkapkan secara jangka panjang, penyederhanaan ini akan membuat rupiah lebih kuat dan stabil. Bagaimana bisa? 

Sederet Manfaat dan Risiko Redenominasi, dari Penguatan Rupiah hingga Picu Inflasi

Ilustrasi Rupiah. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan rencana implementasi redenominasi rupiah. JIBI/Bisnis.com

Rupiah yang dibandingkan dengan mata uang euro atau dolar, memiliki angka nol lebih banyak. Bahkan di luar negeri, rupiah tidak diperdagangkan karena dicap sebagai mata uang yang lemah bahkan tidak bernilai. 

Menurut Piter, hal tersebut sangat kontradiktif dengan capaian ekonomi Indonesia. Melansir dari Trading Economics, Senin (26/6/2023), pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2021 masuk dalam 20 besar dunia. 

Sementara Indonesia dengan PDB sebesar US$1.186 miliar tersebut, berada di posisi kelima dari negara asia lainnya, setelah China, Jepang, India, dan Korea Selatan. 

“Kita [Indonesia] perwakilan dari Asia Tenggara di G20, untuk G7 saja kita diundang, masa rupiahnya disamakan dengan negara-negara di Afrika?” ungkapnya, Senin (26/6/2023). 

Piter berharap melalui penyederhaan ini, jika benar terjadi, akan membawa kebanggaan bagi rupiah dan mendorong masyarakat secara global untuk memegang rupiah. 

“Sekarang hasil ekspor diparkir diluar negeri dalam bentuk dolar, kalau rupiah sudah kuat, ada dorongan untuk pegang rupiah, ada potensi juga untuk menigkatkan DHE [devisa hasil ekspor], meski belum terbukti,” tambahnya. 

Melihat dari kacamata makro, apabila rupiah semakin kuat dan stabil dapat bantu jaga inflasi, aliran modal masuk akan lebih lancar, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. 

Dengan kata lain, dampak penerapan redenominasi akan merambat pada menurunkan pengangguran dan kemiskinan.  

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper