Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Iduladha, BPS Proyeksi Daging Ayam Ras Sumbang Inflasi Juni 2023

BPS mengungkapkan daging ayam ras berpotensi menyumbang inflasi karena terjadi kenaikan harga di 184 kab/kota. 
Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) menggelar pemantauan harga di Pasar Johar dan Superindo Imam Bonjol. /Bisnis - M. Faisal Nur Ikhsan
Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) menggelar pemantauan harga di Pasar Johar dan Superindo Imam Bonjol. /Bisnis - M. Faisal Nur Ikhsan

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan perkembangan harga komoditas pangan yang berpotensi menyumbang inflasi pada Juni 2023, terutama dengan adanya momen Iduladha. 

Direktur Statistik Harga BPS Windhiarso Putranto menyampaikan komoditas yang berpotensi meyumbang inflasi, adalah daging ayam ras yang mana terjadi kenaikan harga di 184 kab/kota. 

Selain itu terpantau kenaikan harga untuk cabai merah di 118 kab/kota, serta telur ayam ras di 110 kab/kota. 

“Komoditas tersebut berpotensi memberikan inflasi pada Juni ini. Komoditas dari kelompok bergejolak akan memberikan andil inflasi di tengah tahun,” ujarnya dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, dikutip, Rabu (28/6/2023). 

Tercatat daging ayam ras mengalami kenaikan harga di sebagain besar wilayah Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. 

Sementara kenaikan harga cabai merah mayoritas terjadi di Pulau Sumatra, sedangkan harga telur ayam terpantau naik di seluruh pulau-pulau besar kecuali Maluku-Papua. 

Meski demikian, beberapa komoditas juga terpantau berpotensi menyumbang deflasi pada pertengahan tahun ini. 

Windhiarso memaparkan, komoditas penyumbang utama penurunan inflasi di sejumlah daerah, yaitu daging sapi dan bawang merah yang menunjukkan tren penurunan harga hingga minggu ketiga Juni 2023. 

“Kondisi ini, yang stabil,naik, dan turun akan memberikan gambaran kondisi inflasi Juni 2023, apakah lebih kecil atau tinggi dari pertengahan tahun sebelumnya, kita tunggu pengumuman BPS minggu depan,” tambahnya. 

Sebagaimana diketahui, pada minggu terakhir Juni, terdapat Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN) Iduladha. 

Adapun Windhiarso menyampaikan pada periode Iduladha, masyarakat Indonesia cenderung tidak meningkatkan konsumsinya yang berdampak pada tidak terjadi dorongan potensi inflasi akibat permintaan.  

Sebagai contoh, pada Iduladha 2019 yang jatuh pada Agustus, inflasi tercatat sebesar 0,12 persen month-to-month (mtm), sementara kala itu Idulfitri (pada Juni) mendorong inflasi di level 0,55 persen (mtm). 

Pada tahun lalu, Idulfitri mendorong inflasi hingga 0,33 persen (mtm), sementara Iduladha hanya 0,09 persen. 

Sementara pada Mei 2023, Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,09 persen (mtm). Capaian tersebut membuat angka inflasi dari tahun ke tahun (year-on-year) menjadi 4 persen jika dibandingkan dengan Mei 2022. 

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tahunan akan turun dari capaian Mei 2023 menjadi 3,65 persen yoy pada Juni 2023. 

“Namun, hal ini lebih disebabkan oleh melemahnya harga emas dan inflasi inti makanan yang lebih rendah karena harga dan pasokan makanan cenderung terkendali,” kata Faisal, Selasa (27/6/2023).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper