Pekerja furnitur di Sentra Furnitur Pulo Kambing, Klender, Jakarta Timur/Bisnis-Widya Islamiati
IMBAS PHK MASSAL
Di sisi lain, industri furnitur nasional tengah menghadapi rintangan berat melemahnya pasar ekspor. Sedangkan pasar di dalam negeri semakin susut imbas dari pelemahan daya beli masyarakat seiring terjadinya PHK massal.
Hal inilah yang dipercayai Jenuri sebagai sebab rontoknya bisnis furnitur di Klender dalam beberapa tahun belakangan. Penjualan furnitur ikut terimbas oleh isu pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai industri sejak menjelang akhir 2022 lalu.
Jenuri menyebutkan para pelaku usaha sudah menelan penurunan penjualan sejak isu PHK diberitakan di media massa.
“Kita kan pembelinya orang pekerja formal, udah deh, sejak PHK itu ada di berita, udah berasa dari September [penurunannya],” tutur Jenuri kepada Bisnis saat ditemui di kediamannya di Pulo Kambing Jakarta Timur pada Sabtu (4/2/2023).
Di tengah gejolak sector pekerja itu, otomatis banyak yang menghemat pengeluaran. Persoalannya, jelas Jenuri, produk-produk furniture bukanlah kebutuhan primer.
“Karena orang kan mikirnya mau beli produk kita ini kan ntar dulu deh, ini kan bukan pokok gitu, kebutuhan papan, masih bisa tertunda, jadi emang luar biasa, pas pokoknya udah ada berita-berita PHK massal,” tambahnya.
Baca Juga
Terlebih pada 2023 ini, menurut Jenuri, isu resesi masih menghantui kinerja industrinya. Sehingga, penurunan penjualan ini diperkirakan masih akan berlanjut.
Sebaliknya, sewaktu pandemi Covid-19 mendera, justru para pelaku usaha furniture di Klender ketiban berkah. “Saya justru senang pas kemaren pandemi, putarannya cakep Alhamdulillah, sekarang malah turun hingga 50 persen. Kalau kemarin pengiriman 40 [produk] ya sekarang 20 [produk],” terangnya.