Bisnis.com, JAKARTA - Negara pasar ekspor terbesar produk furnitur mengalami penurunan tajam seiring inflasi tinggi akibat perang Rusia-Ukraina. Negara tujuan ekspor itu antara lain Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa, memicu pelaku usaha untuk meretas pasar non tradisional.
Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) mengungkapkan para pengusaha terpaksa membuka pasar baru atau pasar berkembang ke beberapa kawasan.
“Kemungkinan kami akan masuk ke emerging market seperti India, kemudian Timur Tengah, Afrika,” kata Ketua Presidium HIMKI Abdul Sobur saat dihubungi Bisnis pada Selasa (10/1/2023).
Abdul Sobur berharap upaya ini bisa menjadi jalan untuk menutupi kekurangan pendapatan dari menurunnya permintaan dari Amerika Serikat, ataupun beberapa negara di Eropa.
“Siapa tahu dengan menurunnya pangsa pasar ke Amerika sama Eropa itu bisa dengan pasar yang emerging market,” harap Abdul Sobur.
Di sisi lain, walau kinerja industri mengalami penurunan, realisasi investasi sektor tersebut masih potensial.
Baca Juga
“Mungkin mereka sudah masuk ke Kendal, ada juga ke Jawa Tengah seperti ke Batang, dan kemungkinan mereka akan memberikan kontribusi investasi,” tambah Abdul Sobur.
Hingga kuartal terakhir 2022, HIMKI memperkirakan industri furnitur terkontraksi hingga 3,4 persen. Amerika Serikat dan Eropa mengalami kelesuan permintaan, padahal kawasan itu menyerap 51 persen produk mebel asal Indonesia. engah, Afrika, dan Australia.