Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelajah Ekspor 2025: Pengusaha Furnitur Ungkap Taktik Berkelit dari Tarif Trump

Perusahaan dan eksportir furnitur asal Sleman, CV Seken Living menyiapkan strategi menghadapi kebijakan tarif Trump.
Pekerja menyelesaikan pembuatan produk furnitur di Workshop Seken Living, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (30/6/2025)./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Pekerja menyelesaikan pembuatan produk furnitur di Workshop Seken Living, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (30/6/2025)./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, SLEMAN — Perusahaan dan eksportir furnitur asal Sleman, CV Seken Living mengungkapkan antisipasi terhadap kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Ferryal selaku pemilik Seken Living mengatakan bahwa diversifikasi portofolio ekspor menjadi kunci dalam meminimalisir dampak kebijakan tersebut.

“Jadi pasar kita tidak hanya Amerika, mulai dari Korea, Jepang bahkan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura,” katanya kepada Tim Bisnis Indonesia Jelajah Ekspor 2025 di galerinya, Selasa (2/7/2025).

Selain itu, untuk produk ekspor kayu dan kayu reclaimed, dia menilai bahwa dampak tarif Trump tidak begitu signifikan.

“Untuk sementara memang belum terasa dampaknya. Kita punya beberapa buyer dari Amerika juga, tapi mereka belum membahas itu [dampak tarif Trump],” tuturnya.

Dia lantas memaparkan, saat ini Seken Living mencatatkan rerata ekspor sebanyak 20 kontainer per bulan dengan jangkauan kawasan hingga benua Eropa, Asia, hingga Timur Tengah.

Nilai ekspor yang dibukukan berada pada rentang US$40.000—60.000 per kontainer, bergantung kuantitas dan dimensi barang.

Berdasarkan pemberitaan Bisnis sebelumnya, Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) mendesak pemerintah untuk memperjuangkan tarif preferensial bagi ekspor produk mebel dan kerajinan asal Indonesia ke AS. 

Hal ini mengingat tenggat waktu penundaan tarif resiprokal atau kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump akan berakhir pada 9 Juli 2025. Indonesia sebelumnya akan dikenakan tarif 32% oleh AS. 

Ketua Umum Himki Abdul Sobur mengatakan bahwa Indonesia saat ini menghadapi ketidakpastian akses pasar ke negeri Paman Sam, lebih lagi dengan status tarif masuk untuk produk furnitur yang belum final. 

“Ada kekhawatiran tarif akan dinaikkan setara atau bahkan lebih tinggi dari Vietnam dan Malaysia. Hal ini berpotensi mengurangi daya saing kita secara drastis,” ujar Sobur kepada Bisnis, dikutip Senin (30/6/2025).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper