Bisnis.com, JAKARTA - Peningkatan inflasi di sejumlah negara tujuan ekspor menjadi momok utama penyebab turunnya Produk Domestik Bruto (PDB) industri furnitur pada kuartal III/2022 lalu.
Badan Pusat Statistik mencatat, PDB industri furnitur atas dasar harga konstan (ADHK) pada kuartal III/2022 sebesar Rp 7,01 triliun. DataIndonesia menyebut, angka ini menurun sebesar 3,85 persen, lantaran pada kuartal yang sama tahun sebelumnya (yoy) mencapai Rp 7,30 triliun.
Inflasi di negara tujuan ekspor seperti kawasan Amerika dan Eropa, menyebabkan banyaknya pesanan yang ditunda atau bahkan dibatalkan.
Amerika Serikat sebagai pasar ekspor dengan pangsa 50 persen, ikut rontok. Sementara negara-negara Eropa mengimpor sebanyak 19 persen produk furnitur dalam negeri. Sebelumnya, untuk mengatasi berbagai masalah di industri furnitur, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melakukan peningkatan market intellegence serta promosi ke pasar-pasar non tradisional.
“Terobosan yang dilakukan Kemenperin adalah melalui upaya peningkatan market intellegence dan promosi produk ke pasar-pasar non-tradisional, misalnya India dan Timur Tengah,” ungkap Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika dikutip dari keterangan resmi pada Senin (9/1/2023).
Selain itu, dalam upaya mendorong peningkatan penyerapan produk industri di pasar, Kemenperin juga melakukan intensifikasi upaya Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).
Baca Juga
Pada 2022 lalu, Kemenperin menyiapkan program sertifikasi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) gratis untuk 1.250 produk. Sementara, pada 2023 ini, Kemenperin menargetkan akan memberikan sertifikat TKDN gratis untuk 10.000 produk.