Bisnis.com, JAKARTA - Upaya pengusaha furnitur nasional untuk mulai serius merambah pasar dalam negeri pada 2023 kemungkinan selaras dengan permintaan yang diperkirakan bakal terkerek oleh sejumlah faktor.
Menurut Wakil Ketua Umum Bidang Perindustrian Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Bobby Gafur Umar, terdapat dua faktor yang dinilai dapat memicu permintaan terhadap produk furnitur pada paruh pertama tahun depan.
Pertama, faktor permintaan dari segmen ritel yang diperkirakan terkerek oleh sejumlah momentum pada semester I/2023. Momentum-momentum yang dimaksud antara lain Hari Raya Imlek dan Idulfitri.
"Pada semester pertama tahun depan, diperkirakan permintaan terhadap produk furnitur terkerek oleh segmen ritel karena momen Imlek yang jatuh pada Januari dan Idulfitri pada April," kata Bobby, Minggu (4/12/2022).
Kedua, faktor permintaan dari belanja pemerintah dalam Program Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Tahun depan, Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menargetkan penjualan furnitur melalui P3DN senilai Rp5 triliun.
Berbeda dari segmen ritel dan belanja pemerintah tersebut di atas, Bobby memperkirakan penjualan furnitur dari proyek-proyek pembangunan properti tidak akan terlalu menjanjikan pada 2023.
Baca Juga
Menurutnya, permintaan terhadap produk furnitur dari segmen tersebut akan lambat sejalan dengan tren kenaikan suku bunga yang terjadi dalam beberapa waktu belakangan. "Dari segi pasar properti, agak sulit karena kenaikan suku bunga," jelasnya.
Sebagai informasi, pengusaha industri furnitur Indonesia bakal melakukan diversifikasi pasar sebagai strategi bisnis pada 2023. Tidak hanya mengandalkan pasar ekspor, pasar domestik pun juga akan disasar mulai tahun depan.
Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengatakan untuk tahap awal ditargetkan sebanyak 200 perusahaan eksportir furnitur akan merambah pasar dalam negeri.
Menurut Sobur, salah satu target yang disasar adalah anggaran belanja pemerintah dengan menggunakan strategi penyiapan etalase atau katalog produk guna menyambut peluang tersebut.
"Untuk masuk ke pasar domestik, tahun depan akan dibuat katalog bersama demi menyambut program pemerintah yang ditaksir memiliki potensi pasar mencapai Rp50 triliun - Rp80 triliun per tahun," kata Sobur.
HIMKI menargetkan penjualan produk furnitur sisa-sisa stok ekspor dari sebanyak 200 perusahaan dengan nilai yang ditaksir mencapai Rp5 triliun untuk tahap awal tahun pertama pada 2023.
Pada tahap berikutnya, himpunan memperkirakan akan ada sebanyak 250 perusahaan yang turut merambah pasar domestik. Dalam 5 tahun ke depan, ditargetkan sebanyak 500 perusahaan sudah menjual produk ke pasar dalam negeri.