Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Resesi Ekonomi Global, Ekspor Furnitur RI Diproyeksi Turun 3 Persen Tahun Ini

Resesi ekonomi global yang melanda dalam beberapa bulan terakhir membuat permintaan produk furnitur melemah.
Ilustrasi produk furnitur/Istimewa
Ilustrasi produk furnitur/Istimewa
Bisnis.com, JAKARTA- Ekspor produk furnitur nasional tahun ini diperkirakan turun 3 persen dari tahun lalu. Penurunan terjadi sebagai efek domino dari memburuknya perekonomian Amerika Serikat (AS) dan Eropa karena resesi ekonomi. 
Mengacu kepada data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), "Negeri Paman Sam" merupakan pasar tujuan ekspor terbesar produk furnitur Indonesia dengan nilai mencapai US$1,36 miliar pada 2021. Atau 54 persen dari seluruh pangsa pasar furnitur RI. 
Selebihnya, mayoritas produk furnitur RI diekspor ke Eropa, di antaranya Belanda senilai US$125,17 juta (5 persen), Jerman US$96,51 juta (3,8 persen), Belgia US$89,91 juta (3,6 persen), Inggris US$77,63 juta (3,1 persen), Prancis US$60,62 juta (2,4 persen), dan Spanyol US$30,18 juta (1,2 persen). 
Total, nilai ekspor produk furnitur Indonesia pada 2021 mencapai US$3,47 miliar atau naik sebesar 27,23 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka tersebut merupakan pertumbuhan tertinggi selama 10 tahun terakhir. 
Namun, resesi ekonomi global yang melanda dalam beberapa bulan terakhir membuat permintaan melemah sehingga ekspor produk furnitur buatan lokal diperkirakan hanya mencapai US$3,17 miliar atau turun 3 persen. 
Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengatakan negara-negara importir utama produk furnitur Tanah Air tersebut di atas melakukan pembatalan pemesanan barang sejak Juli 2022.
"Ordernya berhenti. Itu terbaca sejak bulan Juli 2022, sehingga mau tidak mau pertumbuhan ekspor mengalami penurunan," ujar Sobur ketika ditemui di sela acara Simposium Nasional Grand Strategy Plan Industri Mebel dan Kerajinan Nasional 2022 - 2025.
Pada kuartal III/2022, jelasnya, pertumbuhan ekspor mebel dan kerajinan mengalami penurunan sebesar 20 persen yoy dengan nilai hanya US$754 juta. 
Sementara pada kuartal IV/2022, HIMKI memperkirakan kembali turun dengan nilai hanya US$662 juta atau turun sebesar 12,21 persen secara kuartalan (q-t-q). 
Kendati demikian, pemerintah tetap optimistis kinerja industri furnitur Tanah Air untuk pasar ekspor membaik pada 2023. Diperkirakan, ekspor furnitur Indonesia mencapai US$3,35 miliar tahun depan, atau tumbuh 6 persen dari tahun ini. 
Menurut Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika, pemerintah optimistis karena masih ada peluang pasar di negara Timur Tengah, Asia Tenggara, serta India, dengan kondisi perekonomian relatif stabil. 
Dia mengatakan penjajakan pasar baru tersebut akan dilakukan pada bulan ini. 
"Sekarang, bagaimana caranya memindahkan pasar ke kawasan tersebut sembari menunggu situasi di negara tujuan ekspor tradisional membaik. Mudah-mudahan bulan ini kami jajaki pasarnya," kata Putu. 
Dari sisi suplai, industri furnitur di Tanah Air dinilai sudah siap untuk mengiringi upaya tersebut karena keberlimpahan sumber daya alam. Termasuk untuk melakukan diversifikasi produk. 
Bahkan, ekspor produk furnitur Indonesia pada 2025 ditargetkan mencapai US$5 miliar per tahun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper