Bisnis.com, JAKARTA — Pengusaha industri furnitur Indonesia bakal melakukan diversifikasi pasar sebagai strategi bisnis pada 2023. Tidak hanya mengandalkan pasar ekspor, pasar domestik pun juga akan disasar mulai tahun depan.
Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengatakan untuk tahap awal ditargetkan sebanyak 200 perusahaan eksportir furnitur akan merambah pasar dalam negeri.
Menurut Sobur, salah satu target yang disasar adalah anggaran belanja pemerintah dengan menggunakan strategi penyiapan etalase atau katalog produk guna menyambut peluang tersebut.
"Untuk masuk ke pasar domestik, tahun depan akan dibuat katalog bersama demi menyambut program pemerintah yang ditaksir memiliki potensi pasar mencapai Rp50 triliun - Rp80 triliun per tahun," kata Sobur kepada Bisnis.com, Minggu (4/12/2022).
Program yang dimaksud adalah Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN). Tahun ini, pemerintah menargetkan belanja senilai Rp400 triliun khusus untuk produk-produk buatan dalam negeri, termasuk UMKM.
Tahun depan, HIMKI menargetkan penjualan produk furnitur sisa-sisa stok ekspor dari sebanyak 200 perusahaan dengan nilai yang ditaksir mencapai Rp5 triliun untuk tahap awal tahun pertama pada 2023 mendatang.
Baca Juga
Pada tahap berikutnya, Sobur memperkirakan akan ada sebanyak 250 perusahaan yang turut merambah pasar domestik. Dalam 5 tahun ke depan, ditargetkan sebanyak 500 perusahaan sudah menjual produk ke pasar dalam negeri.
Secara keseluruhan, terdapat sekitar 2.500 perusahaan furnitur nasional yang sebagian besar memproduksi produk untuk kebutuhan pasar ekspor.
"Dengan demikian, dalam kurun 5 tahun mendatang nilai penjualan furnitur di pasar domestik bisa setara dengan pasar ekspor, yakni mencapai Rp50 triliun per tahun," ujarnya.
Sebagai informasi, nilai ekspor furnitur RI mencapai US$1,99 miliar atau sekitar Rp28 triliun pada 2021. Realisasi itu naik sekitar 32 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Adapun, negara yang menjadi tujuan utama adalah Amerika Serikat (AS), Jepang, Inggris, Belanda, dan Prancis yang berpotensi menahan belanja impor produk furnitur lantaran sedang dilanda resesi ekonomi global.
Namun, upaya menguasai pasar domestik juga tidak lepas dari sejumlah tantangan. Pertama, pemain lokal harus berhadapan dengan produk impor. Sobur menyebut mayoritas produk yang dijual 40 merek furnitur di dalam negeri berasal dari China.
Kedua, karakteristik perusahaan furnitur nasional adalah berorientasi ekspor sehingga diperlukan investasi yang cukup besar untuk melakukan produksi kebutuhan dalam negeri serta mendanai infrastruktur seperti gudang dan gerai ritel.