Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri furnitur melihat peluang pasar ekspor baru seperti kawasan Timur Tengah, serta Amerika Selatan seiring kelesuan permintaan dari pasar utama seperti Eropa dan Amerika Serikat.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkapkan pasar Amerika Selatan, Eropa Tengah, hingga Timur Tengah jarang dilirik pengusaha lokal, termasuk pelaku industri furnitur. Asosiasi juga menilai produk seperti rempah dan gerabah mempunyai pasar besar di sana.
“Yang masih menjadi kekuatan kita untuk berkompetisi [di pasar ekspor baru] di antaranya produk rempah-rempah dan barang barang kebutuhan rumah tangga,” ungkap Ketua Bidang Perdagangan Apindo Benny Soetrisno saat dihubungi Bisnis pada Selasa (24/1/2023).
Menurutnya, pasar Amerika Selatan masih jarang disentuh oleh produk-produk yang berasal Indonesia. Termasuk, simpul Benny, pasar dari Eropa Tengah.
Benny menyarankan, pelaku industri bisa memulai dengan mengikuti berbagai pameran dagang atau menjalin komunikasi terlebih dahulu dengen wakil-wakil RI yang bertugas di negara-negara tujuan ekspor baru tersebut.
“Kita sekarang memulainya [penetrasi pasar ekspor] dengan ikut beberapa pameran dagang dan kontak via Atase Perdagangan RI di negara negara tersebut,” tambah Benny.
Baca Juga
Di lain sisi, guna menggarap pasar anyar tersebut, pelaku industri berhadapan dengan ongkos logistik yang lebih mahal. Terutama, jelas Benny, untuk Eropa Tengah berhadapan dengan logistik darat yang panjang.
“Sedangkan Amerika Selatan rata rata pelabuhannya menghadap ke Samudera Atlantik, yang menghadap Pasifik hanya Cili, Peru dan Meksiko,” pungkas Benny.
Menanggapi hal ini, Ketua Umum Himpunan Industri dan Kerajinan Indonesia (Himki) Abdul Sobur menyebut, pihaknya memang telah menjadikan Amerika Selatan, seperti Brazil dan Argentina sebagai emerging market bakal industri furnitur.
“Amerika selatan khususnya Brazil, Argentina, dan beberapa negara lain, masih merupakan tujuan ekspor yang kita kategorikan emerging market yang perlu dijajaki di luar AS,” ungkap Abdul Sobur saat dihubungi Bisnis pada Selasa (24/1/2023).
Sementara, Eropa Tengah seperti Jerman, Austria, Swis dan Polandia, menurut Abdul Sobur masih dalam pantauan, lantaran termasuk negara yang juga terdampak perang Rusia-Ukraina.
“Anggota Himki tetap melihat Eropa ada prospek, karena kita rekomendasi anggota pameran di Paris Maison The Object 19-23 Januari 2023, dan Juga Ambiente 3-7 Februari 2023 di Frankfurt,” pungkas Abdul Sobur.
Sebelumnya, beberapa industri, termasuk industri furnitur, memilih membuka pasar ekspor baru ke Timur Tengah dan Afrika atau Middle East and North Africa (MENA) seperti industri furnitur dan alas kaki.
Pengamat dari Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyebut, MENA kini sedang diuntungkan oleh meroketnya harga minyak mentah serta gas bumi yang naik tajam.
Sehingga pertumbuhan ekonominya masih relatif positif. Tidak heran jika kawasan ini digandrungi banyak industri.