Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) mengarahkan pelaku industri menengah kecil (IKM) alas kaki untuk membuka dan menggarap peluang pasar ekspor baru ke negara-negara Timur Tengah, Asia Selatan dan Afrika.
Hal ini turut dibenarkan oleh Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki, Adie Rochmanto Pandiangan. Menurutnya, hal ini menjadi salah satu opsi untuk mempertahankan industri dalam negeri kini.
Meskipun, menurut Adi, opsi ekspor ke negara-negara tersebut tak bisa menggantikan posisi negara-negara tujuan ekspor sebelumnya, seperti Amerika Serikat dan Eropa yang tengah terdampak perang Rusia-Ukraina.
“Ada [opsi pasar ekspor baru] ya kita tahu lah daya beli masyarakat disana [Afrika dan Asia Selatan] itu gimana, Timur Tengah okelah,” tutur Adie saat ditemui di kantor Kemenperin pada Kamis (19/1/2023).
Atas arahan tersebut, Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) melalui Balai Pemberdayaan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) yang dinaunginya terus melakukan kolaborasi dengan mitra bisnis IKM alas kaki.
Dalam hal ini, BPIPI proaktif memfasilitasi pelaku IKM alas kaki berorientasi ekspor untuk membuka dan menggarap peluang pasar ekspor baru ke negara-negara Timur Tengah, Asia Selatan dan Afrika.
Baca Juga
Ditjen IKMA melihat, meskipun tengah didera persoalan penurunan permintaan, tetapi kinerja ekspor produk alas kaki nasional pada kuartal III-2022 juga menunjukkan prospek cerah.
Nilai ekspor industri alas kaki nasional pada periode tersebut, sebesar US$5,949 miliar atau naik dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya (year on year /yoy) mencapai US$4,388 miliar.
“Selama periode Januari-September 2022, volume ekspor industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki mencapai 337,48 ribu ton, naik 34,28% dibandingkan Januari-September 2021 (yoy), dengan neraca perdagangan industri alas kaki surplus sebesar USD5,191 miliar,” Direktur Jenderal IKMA Kemenperin, Reni Yanita dalam keterangan resmi, dikutip pada Senin (23/1/2023).
Seperti yang diberitakan Bisnis sebelumnya, BPIPI juga konsisten mendorong para IKM alas kaki untuk meningkatkan kualitas produk, memperhatikan nilai kemasan produk, dan memperoleh Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI untuk produk sepatu pengaman dari kulit, juga mengkampanyekan “sadar uji” bagi IKM alas kaki untuk mengutamakan kualitas produk bagi kenyamanan konsumen.
“Saat ini kualitas produk menjadi hal yang penting untuk pemilihan produk oleh konsumen. Produk yang berkualitas tinggi dapat dengan mudah memenangkan persaingan,” tambah Reni.
Tak hanya itu, IKM juga difasilitasi dengan permudahan pengurusan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) dan Neraca Komoditas bagi IKM.
“Prioritas integrasi perizinan mulai dari pengurusan NIB, termasuk Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) yang dipermudah dan dipercepat khususnya perijinan yang sifatnya lintas sektoral melalui pendampingan industri,” tutur Reni.
Sebelumnya, sektor industri tengah dibayang-bayangi lesunya permintaan dari negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa, yang terdampak perang Rusia-Ukraina.
Dampak dari sepinya order ini, telah membuat sejumlah karyawan industri alas kaki ini menerima pemutusan hubungan kerja dalam beberapa bulan terakhir.