Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap China, Amerika Serikat (AS), dan India menjadi tiga tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia sepanjang Januari—Juni 2025.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan China masih menjadi tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia pada enam bulan pertama 2025.
“Tiga besar negara tujuan ekspor adalah China, Amerika Serikat, dan India dengan share sekitar 41,34% dari total ekspor nonmigas indonesia pada periode Januari—Juni 2025,” kata Pudji dalam Rilis BPS, Jumat (1/8/2025).
Secara terperinci, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke China tercatat sebesar US$29,31 miliar yang utamanya terdiri atas besi dan baja, bahan bakar mineral, serta nikel dan barang daripadanya. Adapun, pangsa ekspor nonmigas ke China mencapai 22,83%.
BPS mencatat nilai ekspor nonmigas ke China untuk besi dan baja (HS 72) mencapai US$9,01 miliar, bahan bakar mineral (HS 27) senilai US$4,23 miliar, dan nikel dan barang daripadanya (HS 75) senilai US$3,26 miliar.
“Besi dan baja juga merupakan komoditas yang mencatat penambahan nilai ekspor nonmigas tertinggi ke China secara ctc yaitu naik US$1,23 miliar,” ungkapnya.
Baca Juga
Sementara itu, nilai ekspor nonmigas ke AS tercatat sebesar US$14,79 miliar yang utamanya terdiri atas mesin dan perlengkapan elektrik, alas kaki, serta pakaian dan aksesorisnya atau rajutan.
Pudji mengatakan AS mencatatkan pangsa pasar ekspor nonmigas sepanjang Januari—Juni 2025 sebesar 11,52%.
Adapun, ekspor nonmigas ke AS di antaranya terdiri dari mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85) mencapai US$2,8 miliar, alas kaki (HS 64) mencapai US$1,29 miliar, serta pakaian dan aksesorisnya atau rajutan (HS 61) senilai US$1,28 miliar.
“Mesin dan perlengkapan elektrik juga mencatat penambahan ekspor nonmigas tertinggi ke AS secara ctc, yaitu naik US$847,09 juta,” imbuhnya.
Kemudian, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke India tercatat sebesar US$8,97 miliar yang utamanya terdiri dari bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani atau nabati, serta besi dan baja.
Perinciannya, ekspor nonmigas bahan bakar mineral (HS 27) mencapai US$2,97 miliar, lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) senilai US$1,56 miliar, serta besi dan baja (HS 72) dengan nilai US$0,72 miliar.
“Komoditas yang mencatat penurunan ekspor nonmigas terdalam ke India secara ctc adalah bahan bakar mineral yang turun US$971,7 juta,” tambahnya.
Secara keseluruhan, sepanjang Januari—Juni 2025, total ekspor mencapai US$135,41 miliar atau naik 7,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai US$125,73 miliar.
Secara terperinci, nilai ekspor migas tercatat senilai US$7,03 miliar atau turun 11,04% dari sebelumnya US$7,9 miliar. Sementara itu, nilai ekspor nonmigas naik sebesar 8,96% dari US$117,83 miliar menjadi US$128,39 miliar.
Menurut sektor, Pudji menuturkan peningkatan nilai ekspor nonmigas secara kumulatif terjadi di sektor industri pengolahan dan sektor pertanian.
Dia menyampaikan bahwa sektor industri pengolahan menjadi pendorong utama atas peningkatan kinerja ekspor nonmigas pada Januari—Juni 2025 dengan andil 12,16%.
“Ekspor hasil industri pengolahan yang naik cukup besar, yaitu minyak kelapa sawit, logam dasar bukan besi, kimia dasar organik yang bersumber dari hasil pertanian, semikonduktor dan komponen elektronik lainnya, serta peralatan listrik lainnya,” jelasnya.
Kemudian, BPS juga mencatat ekspor sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh 49,77%. Adapun, ekspor hasil pertanian yang naik cukup besar, yaitu kopi, buah-buahan tahunan, tanaman obat, aromatik dan rempah-rempah, sayur-sayuran, serta ikan segar atau dingin hasil tangkap.