Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Jepang Anjlok Akibat Tarif Trump, Defisit Neraca Dagang Tembus 117,5 Miliar Yen

Ekspor Jepang turun 2,6% pada Juli 2025 akibat tarif AS. Penurunan ekspor mobil dan baja memicu defisit perdagangan 117,5 miliar yen.
Deretan mobil Subaru Corp. yang akan dikirim di salah satu pelabuhan di Yokohama, Jepang, 6 Februari 2025./Bloomberg-Toru Hanai
Deretan mobil Subaru Corp. yang akan dikirim di salah satu pelabuhan di Yokohama, Jepang, 6 Februari 2025./Bloomberg-Toru Hanai
Ringkasan Berita
  • Ekspor Jepang pada Juli 2025 turun 2,6% dibandingkan tahun sebelumnya, penurunan terdalam sejak Februari 2021, terutama dipengaruhi oleh tarif impor AS.
  • Volume ekspor Jepang naik 1,2%, menunjukkan eksportir menurunkan harga untuk mempertahankan pangsa pasar meski menghadapi tarif tinggi dari AS.
  • Penurunan ekspor meningkatkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi Jepang dan dapat mempengaruhi kebijakan suku bunga Bank of Japan di masa depan.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA - Ekspor Jepang mencatat penurunan terdalam dalam lebih dari empat tahun pada Juli 2025 akibat tekanan tarif impor Amerika Serikat (AS).

Data Kementerian Keuangan Jepang yang dikutip dari Bloomberg pada Rabu (20/8/2025) melaporkan, nilai ekspor turun 2,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, lebih besar dari perkiraan penurunan median sebesar 2,1%.

Pelemahan ekspor terutama dipimpin oleh mobil, suku cadang otomotif, dan baja. Penurunan tersebut merupakan yang terdalam sejak Februari 2021.

Meski demikian, volume ekspor justru naik 1,2%, menandakan eksportir Jepang masih menanggung beban tarif AS dengan memangkas harga jual guna mempertahankan pangsa pasar.

Di sisi lain, impor merosot 7,5% sehingga neraca perdagangan berbalik defisit 117,5 miliar yen.

Penurunan ekspor terbaru meningkatkan kekhawatiran mengenai keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Jepang, yang selama lima kuartal terakhir masih mampu tumbuh tipis meski konsumsi rumah tangga lemah. Jika ekspor terus menurun, ekonomi Jepang berisiko masuk ke jalur kontraksi.

Tren pelemahan ekspor juga dapat membuat Bank of Japan (BOJ) mengambil sikap lebih berhati-hati. Ketahanan ekonomi terhadap tarif AS menjadi salah satu pertimbangan BOJ dalam menentukan waktu tepat kenaikan suku bunga berikutnya. Bank sentral diperkirakan akan menahan kebijakan pada pertemuan 19 September mendatang.

Data menunjukkan ekspor ke AS anjlok 10,1% pada Juli dibandingkan tahun sebelumnya. Pengiriman kendaraan turun 28,4%, suku cadang otomotif merosot 17,4%, dan peralatan manufaktur semikonduktor turun 31,3%.

Sejak April, AS telah memberlakukan tarif 25% atas impor mobil dan suku cadang otomotif dari Jepang, serta 10% terhadap sebagian besar barang lainnya. Pada awal Juni, bea masuk baja digandakan menjadi 50%.

Namun, berdasarkan kesepakatan perdagangan akhir Juli, tarif mobil dan sejumlah barang lainnya akan dinilai 15%. Meski demikian, implementasi perjanjian tersebut masih membutuhkan waktu.

“Dokumen resmi dari kesepakatan dengan Jepang dan Korea Selatan masih beberapa pekan lagi,” ujar Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick.

Selain AS, ekspor Jepang ke China juga turun 3,5%, sementara ke Eropa melemah 3,4%. Yen rata-rata berada di level 145,56 per dolar pada Juli, menguat 8,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro