Bisnis.com, JAKARTA- Tahun 2022 menjadi periode yang cukup menegangkan bagi pelaku industri di subsektor manufaktur. Mulai dari rontoknya industri padat karya hingga ancaman terhadap investasi di manufaktur menjadi hal yang menarik untuk diulas.
Menyoal industri padat karya, kuartal III/2022 bisa dikatakan menjadi periode penanda bermulanya pelemahan kinerja subsektor penyumbang lebih dari 70 persen PDB, yakni industri pengolahan, tekstil dan produk tekstil (TPT).
Pabrik-pabrik garmen di Tanah Air mengalami benturan tanpa ada alarm terlebih dahulu Tujuan ekspor tradisional RI seperti Amerika Serikat (AS) dan negara-negara di Benua Eropa terpaksa menunda pembelian garmen karena dihantam resesi ekonomi.
Hantaman ini langsung berdampak kepada sektor ketenagakerjaan di subsektor-subsektor terdampak seperti garmen dan alas kaki.
Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mencatat terjadi penurunan order dari AS dan negara-negara Eropa sebesar 50 persen sejak awal kuartal III/2022 hingga sekarang.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dalam laporan terakhirnya mencatat sebanyak 79.316 tenaga kerja di subsektor garmen kehilangan pekerjaan pada awal November 2022.
Baca Juga
Garmen bukan satu-satunya subsektor di industri padat karya yang mengalami kerontokan akibat melemahnya pasar ekspor. Hal yang sama juga dialami oleh subsektor alas kaki, di mana terjadi pengurangan terhadap sekitar 7,5 persen pekerjanya.
Jumlah tersebut setara dengan 25.700 orang dari total pekerja sebanyak 337.192 orang di subsektor tersebut.
Terkait dengan situasi itu, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan antara pemerintah dan pengusaha sudah menyepakati strategi atas upaya penanganan masalah di 2 subsektor itu.
"Salah satu strategi yang disepakati antara pemerintah dan pengusaha adalah larangan terbatas (lartas) melalui pengendalian praktik dumping demi melindungi pasar domestik dari gempuran impor," kata Agus di Gedung Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Selasa (27/12/2022) .
Sebab, pelemahan ekonomi yang dialami oleh AS dan negara-negara Eropa tidak hanya berdampak terhadap ekspor garmen dan alas kaki Indonesia. Namun, dialami juga oleh negara seperti China dan Bangladesh yang merupakan produsen besar produk-produk serupa.
Kondisi ini juga memaksa produsen-produsen di negara kompetitor juga mencari pasar baru untuk dijadikan target ekspor garmen dan alas kaki tahun depan. Terutama, China.
China dan Bangladesh akan mengincar pasar Indonesia yang besar dan potensial dengan lebih dari 270 juta populasi di dalamnya. Secara makro, negara-negara tersebut melihat perekonomian RI masih sehat.
Di industri, kinerja ekonomi RI tercermin dari purchasing managers index (PMI) manufaktur selalu berada di zona ekspansi dalam 15 terakhir. Kemungkinan besar PMI manufaktur Indonesia untuk Desember 2023 masih akan ekspansif.
Sementara itu, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) sudah mengeluarkan laporannya untuk kinerja manufaktur Desember ini. Kemenperin menetapkan IKI pada Desember 2022 sebesar 50,9.