Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Berkembang Asia Kini Lebih Siap Hadapi Tapering Fed

Bank sentral Asia Tenggara sekarang memiliki bantalan cadangan devisa yang lebih baik untuk menghadapi tapering The Fed.
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Selasa (17/3/2020). Bloomberg/Andrew Harrer
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Selasa (17/3/2020). Bloomberg/Andrew Harrer

Bisnis.com, JAKARTA - Jelang penarikan stimulus moneter oleh Federal Reserve Amerika Serikat, pemain obligasi dan mata uang Asia Tenggara tampaknya tidak terlalu khawatir karena pasar di kawasan ini berada di posisi lebih baik untuk menahan guncangan eksternal.

Cadangan devisa besar-besaran dan mata uang yang undervalued dapat melindungi pasar kawasan dari potensi aksi jual jika Gubernur Fed Jerome Powell mengisyaratkan pengurangan pembelian obligasi pada simposium Jackson Hole minggu ini.

Meskipun ada kehati-hatian, analis tidak mengharapkan pengulangan dari apa yang disebut taper tantrum pada 2013 di mana pengumuman mengejutkan Fed untuk melepaskan stimulus mengguncang pasar global.

“Sebagian karena taper tantrum pada 2013, bank sentral Asia Tenggara sekarang memiliki bantalan cadangan devisa yang lebih baik,” kata Vishnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank Ltd. di Singapura, dilansir Bloomberg, Kamis (26/8/2021).

Dia melanjutkan Tingkat kemiringan kurva obligasi pemerintah tampak jauh lebih tenang kali ini, yang mungkin digabungkan dengan berkurangnya tekanan untuk pelarian modal keluar dari negara berkembang Asia.

Ada empat faktor yang menggambarkan ketahanan pasar pendapatan tetap Asia Tenggara.

Pertama, mata uang undervalued lebih terlindungi. Sebagian besar mata uang Asia Tenggara dinilai terlalu rendah, yang mengurangi risiko arus keluar asing yang besar jika pasar berubah menghindari risiko. Nilai tukar efektif riil baht adalah 5 persen lebih rendah dari rata-rata lima tahun.

Mata uang itu 11 persen dinilai terlalu tinggi dibandingkan dengan rata-rata lima tahun sebelum taper tantrum. REER peso Filipina menunjukkan bahwa itu dinilai terlalu tinggi tetapi dengan besaran yang lebih kecil daripada tahun 2013.

Kedua, spread buffer. Spread rata-rata tujuh hari obligasi bertenor 10 tahun Indonesia dan Malaysia pada Treasuries dengan durasi yang sama, masing-masing sekitar 500 basis poin dan 200 basis poin, lebih lebar dibandingkan dengan Juni 2013. Spread yang lebih luas diperkirakan akan melindungi obligasi dari kemungkinan kebangkitan hasil Treasury.

Spread buffer untuk Thailand adalah yang terendah tetapi pihak berwenang mengatakan bahwa obligasi negara tersebut kurang terekspos karena tingkat utang luar negeri yang rendah dan cadangan devisa yang tinggi.

Ketiga, cadangan yang besar. Cadangan devisa di Indonesia, Thailand dan Filipina telah meningkat secara absolut dari level yang terlihat pada Mei 2013. Cadangan yang lebih besar memungkinkan bank sentral untuk menjual lebih banyak dolar untuk mendukung mata uang mereka jika sentimen risk-off mendorong dana global untuk menarik diri dari pasar daerah.

Pasar Indonesia adalah yang paling terpukul di Asia Tenggara dari taper tantrum 2013 karena kerugian di Treasuries mengerek imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun sebesar 225 basis poin, sementara rupiah menukik 11 persen.

Keempat, posisi yang menguntungkan. Obligasi Indonesia saat ini memiliki posisi asing paling ringan dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia, dengan arus keluar selama 12 bulan terakhir pada 0,4 standar deviasi di bawah rata-rata lima tahun.

Ini dibandingkan dengan posisi yang relatif lebih berat pada akhir 2019 di mana pengukur yang sama berada di 1,2 standar deviasi di atas rata-rata lima tahun.

Posisi yang lebih ringan kali ini dapat mengurangi risiko arus keluar jika terjadi aksi jual. Di sisi lain, arus masuk asing yang deras ke obligasi Malaysia membuatnya relatif rentan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper