Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga pemeringkat Moody’s pada Senin (25/9/2023) menuturkan bahwa penutupan pemerintah (shutdown) Amerika Serikat (AS) akan merugikan peringkat kredit negara. Hal ini diutarakan setelah satu bulan sebelumnya Fitch menurunkan peringkat AS akibat krisis pagu utang.
Analis Moody's, William Foster, mengutarakan bahwa penutupan pemerintah yang mungkin akan terjadi dapat menjadi bukti lebih lanjut bagaimana polarisasi politik di Washington dapat melemahkan pembuatan kebijakan fiskal, ketika adanya tekanan dalam keterjangkauan utang pemerintah lantaran naiknya suku bunga.
"Jika tidak ada respons kebijakan fiskal yang efektif untuk mengimbangi tekanan tersebut ... maka ada kemungkinan memiliki dampak negatif yang semakin meningkat pada profil kredit," jelas Foster, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (26/9/2023).
Lanjutnya, Foster mengutarakan bahwa hal tersebut dapat mengarah pada pandangan negatif dan berpotensi menurunkan peringkat suatu saat nanti, yakni ketika tekanan tidak diatasi.
Moody’s dalam pernyataannya mengutarakan bahwa kebijakan fiskal di AS kurang kuat dibandingkan dengan negara-negara lain yang memiliki peringkat AAA. Penutupan kembali kebijakan fiskal juga akan menjadi bukti lebih lanjut kelemahan.
Kemudian, penasihat ekonomi terkemuka Presiden Joe Biden, Lael Brainard, mengatakan bahwa komentar Moody’s menyoroti risiko yang disebabkan oleh manuver kongres tersebut.
Baca Juga
"Pernyataan Moody's hari ini menegaskan bahwa shutdown Partai Republik akan menjadi tindakan yang ceroboh, menciptakan risiko yang tidak perlu bagi perekonomian kita, dan menyebabkan gangguan bagi komunitas dan keluarga di seluruh negeri,” jelas Brainard.
Juru bicara Departemen Keuangan juga mengatakan bahwa laporan Moody’s memberikan bukti lebih lanjut bahwa shutdown dapat melemahkan momentum ekonomi AS, yakni pada saat inflasi dan berada di bawah 4 persen.
Moody’s juga mengatakan bahwa dampak ekonomi dari penutupan pemerintah mungkin akan terbatas dan berumur pendek, dengan dampak paling langsung berasal dari belanja pemerintah yang lebih rendah. Dampak negatifnya juga semakin besar jika shutdown berlangsung lebih lama.
"Dalam lingkungan dimana suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama dan tekanan yang meningkat pada keterjangkauan utang, jauh lebih penting bahwa kebijakan fiskal dapat meresponsnya," kata Foster dari Moody's.
Foster juga mengungkap bahwa hal ini akan terlihat semakin sulit, karena hal-hal seperti shutdown dan batas utang karena dinamika politik yang sangat polarisasi di Washington.