Bisnis.com, JAKARTA — Bisnis penjualan lahan di kawasan industri diproyeksi semakin bergeliat menyusul adanya sejumlah investor China yang berencana merelokasi pabrik pascapenetapan tarif resiprokal AS sebesar 19% terhadap Indonesia.
Konsultan Properti CBRE Indonesia, mengatakan sektor bisnis kawasan industri nasional akan dibanjiri oleh perusahaan asal China yang bergerak di sektor otomotif hingga tekstil.
Divisional President, India, Souheast Asia, Middle East & Africa CBRE Indonesia, Anshuman Magazine juga menjelaskan bahwa pihaknya turut melihat adanya peningkatan permintaan lahan dari sektor perusahaan farmasi di beberapa kawasan industri di Indonesia.
"Jadi, saya pikir sektor otomotif adalah salah satunya, kemudian ada juga sektor farmasi di beberapa kawasan yang ada," kata Anshuman saat ditemui dalam media briefing di Jakarta, Kamis (21/8/2025).
Senada, Head of Real Estate Asia Konsultan Properti Turner & Townsend, Sumit Mukherjee juga memproyeksi sektor manufaktur nasional bakal meningkat dalam beberapa waktu ke depan.
Sumit mewanti-wanti potensi geliat pasar itu perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Mengingat, tambah dia, komponen kemantapan infrastruktur menjadi salah satu yang menjadi pertimbangan para calon investor.
Baca Juga
"Jadi tantangan yang kita lihat sekarang adalah bagaimana produk dari investor itu nantinya terdistribusi dengan baik. Bukan hanya di Jakarta, jika kita pergi ke Karawang, Cikarang tentu saja, fasilitas logistik sudah besar di sana. Tapi masalahnya adalah bagaimana saya bisa mengantarkan produk ke Toraja atau ke Balikpapan misalnya," ujarnya.
Untuk itu, dia mengatakan pemerintah juga perlu memantapkan ekosistem dan simpul-simpul logistik agar rencana ekspansi dari Penanam Modal Asing (PMA) itu benar-benar bisa ditangkap di Indonesia.
"Karena tak semestinya investasi menumpuk di Jabodetabek mengingat pasar Cirebon, Tegal, Pekalongan ini juga besar. Sehingga, diperlukan simpul logistik yang kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah perusahaan asal Tiongkok dikabarkan bakal segera memperluas bisnisnya ke Indonesia. Hal itu terjadi imbas AS menetapkan tarif bea masuk sebesar 19% untuk barang asal Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand, sedangkan Vietnam sebesar 20%. China sendiri dikenakan tarif bea masuk lebih dari 30% saat ini.
Dibandingkan negara-negara tersebut, Indonesia diklaim memiliki keunggulan yakni potensi pasar konsumen yang besar. Mengingat Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan negara terpadat keempat di dunia.
Reuters dalam laporan bertajuk ‘Chinese Investors Eyeing Indonesia Avoid US Tariffs, Tap Local Market’ menyebut bahwa pendiri firma konsultan lahan industri di Jakarta, Gao Xiaoyu, menerima banyak permintaan dari perusahaan China untuk memperluas usaha ke Indonesia demi menghindari tarif tinggi dari Amerika Serikat (AS).
“Kami cukup sibuk akhir-akhir ini. Kami rapat dari pagi hingga malam,” kata Gao, yang mendirikan perusahaannya PT Yard Zeal Indonesia.