Bisnis.com, JAKARTA – Program tol laut menjadi prioritas dan kunci penting pada tahun ini untuk mengendalikan inflasi.
Asisten Deputi Moneter Sektor Eksternal Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Ferry Irawan mengatakan sektor perhubungan saat ini berdampak kepada stabilitas harga.
Dia menuturkan inflasi akibat harga pangan yang bergejolak (volatile food) sangat dipengaruhi oleh kelancaran distribusi, terutama Indonesia yang merupakan negara kepulauan.
Inflasi dari sektor tersebut, paparnya, telah berhasil ditekan selama 10 tahun terakhir dari sekitar 9 persen ke level 3 persen melalui infrastruktur darat dan laut.
Oleh karena itu, lanjutnya, Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) akan mendukung upaya peningkatan efisiensi logistik untuk menekan gejolak harga dan disparitas harga antar daerah utamanya daerah 3TP (tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan). Salah satunya melalui program tol laut untuk efisiensi distribusi komoditas pangan.
Penguatan tol laut juga telah masuk dalam Program TPIP 2021 sebagaimana yang telah dibahas pada 11 Februari 2021. Ke depan, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) juga akan didorong untuk memanfaatkan program tol laut ini secara optimal sehingga biaya logistik pangan terutama di daerah 3TP bisa lebih diturunkan lagi.
Baca Juga
“Jadi, kami sangat terbuka kolaborasi dengan perhubungan laut untuk mengoptimalkan daerah yang belum efektif memanfaatkan tol laut ini,” ujarnya pada Kamis (18/2/2021).
Adapun Logistic Performance Index (LPI) Indonesia pada 2018 berada pada peringkat 46 (2018), naik 17 tingkat dari peringkat 63 (2016). Posisi Indonesia berada di bawah Singapura (7), Thailand (32), Vietnam (39), Malaysia (41).
Indonesia mengalami peningkatan skor pada lima komponen penilaian yaitu infrastructure, international shipments, logistics quality and competence, tracking & tracing, dan timeliness. Sementara itu, komponen customs mengalami penurunan skor.
Saat ini peningkatan biaya logistik masih terjadi hampir di sebagian besar daerah. Total biaya logistik dari penjualan pada 2016 sebesar 17,1 persen dengan rata-rata tertimbang sebesar 12,4 persen. Pada 2013 sebesar 15,35 persen (dengan rata-rata tertimbang 10,81 persen).
Total biaya logistik berdasarkan wilayah tertinggi adalah Jawa Tengah 25 persen dari penjualan, diikuti Sulawesi 23,3 persen, Jawa Timur 15,5 persen, Sumatera 14,4 persen dan Jakarta 12,1 persen. Biaya transportasi adalah komponen terbesar di seluruh wilayah misalnya biaya transportasi di Sulawesi sebesar 12 persen atau lebih dari separuh total biaya logistik.