Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal II/2020 akan terkontraksi sebesar -6,09 persen.
Menurut Andry, penurunan tajam yang terjadi di kuartal kedua tahun ini akan menimbulkan risiko bagi perekonomian Indonesia pada 2020.
"Semua komponen PDB menurun secara signifikan. Konsumsi rumah tangga kami perkirakan akan mengalami kontraksi sebesar -4,63 persen yoy pada kuartal II/2020, sejalan dengan PSBB yang membatasi pengeluaran pribadi," katanya, Senin (3/8/2020).
Andry memperkirakan pengeluaran pemerintah akan terkontraksi -0,53 persen yoy pada kuartal II/2020, dari yang kuartal sebelumnya tumbuh 3,74 persen.
Pendapatan negara mengalami penurunan tajam di tengah pandemi Covid-19 sehingga menghambat pemerintah untuk meluncurkan stimulus ekonomi lebih cepat. Masalah birokrasi juga turut menghambat realisasi stimulus tersebut.
Disamping itu, ekspor diperkirakan akan turun -2,49 persen pada kuartal kedua tahun 2020 yang disebabkan oleh penurunan permintaan global akibat kebijakan lockdown di sejumlah negara di dunia.
Baca Juga
Impor pun diperkirakan akan melambat atau turun -5,56 persen yoy karena berkurangnya kegiatan produksi akibat PSBB.
"Kami melihat ekonomi Indonesia cenderung terkontraksi pada tahun 2020. Angka ini lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan PDB kami sebelumnya sebesar 0,02 persen, karena penurunan aktivitas ekonomi pada semester I/2020 lebih besar dari yang kami perkirakan sebelumnya," jelasnya.
Menurutnya, ukuran kontraksi pada 2020 akan sangat tergantung pada upaya pemerintah dalam mengendalikan penyebaran Covid-19 di Indonesia, dan efektivitas program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada semester II/2020.
"Namun, kami tetap memperkirakan PDB pada kuartal III/2020 akan berkontraksi tetapi dalam tingkat yang lebih rendah daripada pada kuartal II/2020. Kami akan segera umumkan perkiraan revisi pertumbuhan PDB 2020," tuturnya.