Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi negara-negara maju diprediksi akan menyusut hingga mencapai empat kali lipat dari rekor sebelumnya selama krisis keuangan 2008.
Berdasarkan statistik Goldman Sachs Group Inc., ekonomi negara-negara maju akan menyusut sekitar 35 persen pada kuartal II/2020 dari kuartal sebelumnya, atau empat kali lipat dari rekor sebelumnya pada 2008 selama krisis keuangan.
“Seberapa cepat ekonomi akan rebound adalah pertanyaan yang belum terjawab karena tidak ada yang tahu seberapa cepat orang-orang dapat kembali bekerja,” tulis ekonom Goldman Sachs Jan Hatzius dalam sebuah catatan kepada klien pada 13 April, seperti dilansir Bloomberg, Selasa (14/4/2020).
“Jumlah kasus baru virus corona (COVID-19) tampak memuncak secara global, tetapi kabar buruknya adalah perbaikan ini mungkin merupakan konsekuensi langsung dari social distancing dan turunnya aktivitas ekonomi,” terangnya.
Kondisi tersebut, sambung Hatzius, dapat berbalik dengan cepat jika orang-orang kembali bekerja di kantor.
Secara keseluruhan, para pembuat kebijakan global telah mengambil respons yang mengesankan untuk mencoba mengganti pendapatan masyarakat dan menjaga kredit mengalir sehingga rumah tangga dan bisnis dapat tetap bertahan.
Baca Juga
“Tapi Eropa harus melakukan lebih banyak tindakan dan negara-negara kaya akan perlu membantu negara-negara berkembang,” lanjutnya lagi.
Menurut Hatzius, respons di Eropa perlu ditingkatkan, melalui pelonggaran fiskal yang lebih besar dan idealnya didanai secara sentral serta komitmen apa pun yang diperlukan dan lebih tanpa syarat terhadap integritas kawasan euro.
“Negara-negara emerging market akan membutuhkan lebih banyak bantuan dari yang kaya untuk melalui krisis ini,” pungkasnya.