Bisnis.com, JAKARTA - PT Angkasa Pura II (Persero) mengklaim aksesibilitas dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta dan Bandara Kualanamu Medan sudah memadai seiring dengan adanya kereta khusus bandara.
Vice President Corporate Communication Angkasa Pura (AP) II Yado Yarismano mengaku sedang melakukan revitalisasi Terminal 1 dan 2 untuk meningkatkan kapasitas. Kendati demikian, peningkatan kapasitas pergerakan penumpang diklaim masih sebanding dengan aksesibilitas yang tersedia.
"Kapasitas pergerakan penumpang di Bandara Soekarno-Hatta saat ini 43 juta penumpang per tahun dan jumlah penumpang mencapai 54,59 juta penumpang pada 2019. Penumpang bisa mengakses dari dua jalur utama, yakni kereta bandara dan jalan tol," jelasnya kepada Bisnis.com, Minggu (16/2/2020).
Dia menambahkan KA Bandara dimulai dari Stasiun Manggarai, Stasiun BNI City, Stasiun Duri, dan Stasiun Batu Ceper. Adapun, terdapat akses jalan tol Dalam Kota dan Lingkar Luar Jakarta, serta dalam waktu dekat juga akan dioperasikan jalan tol Kunciran-Serpong yang tersambung dengan bandara.
Pihaknya menuturkan guna membantu akses dari sekitar kawasan bandara, tengah dibangun pula jembatan layang yang menjadi akses dari kawasan sekitar. Akses tersebut adalah Jalan Perimeter Utara dan Perimeter Selatan.
Di samping itu, imbuhnya, bandara berkode CGK ini memiliki akses hingga ke masing-masing terminal (Terminal 1, Terminal 2 dan Terminal 3) yakni dengan menggunakan kereta layang (kalayang/skytrain).
Baca Juga
Sementara itu, realisasi pergerakan penumpang di Bandara Kualanamu mulai dekati kapasitas maksimum, kereta bandara diklaim jadi solusi akses yang berdaya saing. Kpasitas bandara berkode KNO adalah 9 juta penumpang per tahun, sementara pergerakan penumpang pada 2019 sebanyak 8,06 juta orang.
Bandara Kualanamu, lanjutnya, dapat diakses dengan KA Bandara dengan jarak tempuh 30-45 menit dari Stasiun Medan dan sebaliknya. Selain itu, Kualanamu juga bisa diakses dengan jalan tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi.
Pengembangan bandara yang dikelola AP II diklaim telah mengacu pada standar global, dengan juga melihat praktik terbaik bandara-bandara kelas dunia lainnya. Namun, tetap memperhatikan kebutuhan dan perkembangan di dalam negeri.